Medan Magnet Misterius di Lubang Hitam Diteliti untuk Pertama Kalinya

By , Kamis, 10 Desember 2015 | 19:00 WIB

Untuk pertama kalinya, para astronom telah mengamati medan magnet yang berada di sekitar horison peristiwa Sagitarius A* (baca: Sagitarius A star), lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti. 

Tim internasional menemukan bahwa medan magnet dari lubang hitam sangat rumit dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain di objek. Beberapa bagian dari horison peristiwa sangat berantakan, dengan garis-garis goyah karena semua campur aduk, sementara daerah lain memiliki struktur magnetik yang terorganisir dalam pola. Medan magnet juga berfluktuasi liar, berubah pada skala sekitar 15 menit. 

"Memahami bidang magnet ini sangat penting. Tak ada satu pun yang mampu mengatasi medan magnet di dekat horison peristiwa sampai sekarang," kata pemimpin penulis Michael Johnson dalam sebuah pernyataan.

 "Sekali lagi, pusat galaksi ini terbukti sebagai tempat yang lebih dinamis dari yang kita duga. Medan magnet ini menari-nari seluruh tempat."

Lubang hitam supermasif memiliki massa setara dengan 4 juta matahari, dan horison peristiwa membentang sekitar 13 juta kilometer, setara dengan  40 kali jarak dari Bumi ke Bulan. 

Pengamatan luar biasa ini mungkin untuk dilakukan dengan menggunakan Event Horizon Telescope (EHT), sebuah jaringan teleskop radio global yang terhubung bersama dan bertindak sebagai teleskop tunggal. 

Shep Doeleman, yang turut menulis paper mengatakan, "Dengan hasil ini, tim EHT satu langkah lebih dekat untuk memecahkan paradoks sentral dalam astronomi: mengapa lubang hitam begitu cerah?"

Lubang hitam dapat menghasilkan jet kuat, menembak partikel hampir kecepatan cahaya. Elektron dipercepat dalam orbit pembuka botol di sekitar garis medan magnet yang dihasilkan oleh lubang hitam. Meskipun mekanisme untuk menghasilkan jet telah lama dipahami, ini adalah pertama kalinya ilmuwan dapat mengamati langsung medan magnet lubang hitam.

“Medan magnet ini telah diprediksi ada, tapi tak satu pun yang melihatnya sebelum ini. Data kami menempatkan beberapa dekade pekerjaan teoritis pada pengamatan langsung di lapangan,” pungkas Deoleman.

Hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Science.