Nasib Terumbu Karang Kian Mengkhawatirkan

By , Kamis, 17 Desember 2015 | 12:00 WIB

Ahli Biologi telah lama menganggap bahwa ikan, buku babi dan penyu laut dapat menjadi “senjata rahasia” dalam perjuangan melindungi terumbu karang dari aktivitas manusia dan polusinya.

Menurut ilmuwan, herbivora-herbivora itu menjaga terumbu karang dan kesehatan ekosistem dengan memakan alga berbahaya yang tumbuh pesat akibat polusi.

Akan tetapi sebuah penelitian di University of Florida (UF) meragukan gagasan tersebut, menunjukkan bahwa sistem pembersihan mungkin tak seefektif yang kita pikirkan.

Memang, hewan-hewan itu dapat mengontrol pertumbuhan alga dalam skala kecil, tapi mereka bisa kewalahan jika skalanya lebih besar, menurut Mike Gil, seorang ahli Biologi Laut yang melakukan penelitian sebagai mahasiswa doktoral di UF.

“Kita tidak bisa hanya fokus pada melindungi ikan untuk menjaga terumbu karang tetap sehat,” kata Gil. “Kita harus melakukan pendekatan yang lebih menyeluruh,” tambahnya.

Dunia saat ini merupakan tempat yang menegangkan bagi karang. Terumbu karang di seluruh dunia menhadapi ancaman, dari kenaikan suhu air laut dan tambahan seperti penangkapan ikan berlebihan, sampah laut dan polusi dari darat.

Gil telah melihat kehancuran langsung di Akumal, Meksiko, di mana ia memimpin studi lapangan ekologi kelautan. Untuk menjawab pertanyaan apakah hewan-hewan herbivora laut dapat melakukan tugas mereka untuk menjaga terumbu karang, Gil dan timnya beralih pada model matematika. Mereka menemukan bahwa area yang terpengaruh oleh polusi nutrisi meningkat dan kemampuan hewan herbivore untuk mengendalikan alga justru menurun, bahkan populasi mereka tak berkurang.

Temuan ini menunjukkan bahwa terumbu karang mungkin lebih rentan dari pada yang ilmuwan pikirkan. Gil dan timnya berharap penelitian mereka akan “memandu para pembuat kebijakan dalam menciptakan rencana berkelanjutan untuk industri seperti pariwisata dan perikanan yang mengandalkan terumbu karang sehat.

Pada bulan Oktober, National Oceanic and Atmospheric Administration menegaskan bahwa peristiwa pemutihan karang global telah terjadi. Jika tak diberikan waktu untuk pulih, karang yang memutih akan binasa. Kejadian pada bulan Oktober itu merupakan fenomena pemutihan karang yang ketiga, setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1998 dan 2010.

Diperkirakan 30 persen dari terumbu karang di planet ini telah binasa akibat kenaikan suhu laut, akibat El-Nino dan pengasaman.