Sedikit sulit menjelaskan apa itu keroncong. Apakah dia sebuah alat musik, atau salah satu jenis musik. Yang pasti, keroncong sangat identik di Indonesia, di Jawa, pada khususnya. Beberapa maestro keroncong, seperti (alm) Kusbini, berasal dari Yogyakarta. Bergeser ke Solo, satu nama yang tidak bisa tidak untuk disebut, siapa lagi, kalau bukan (alm) Gesang.
Namun, jika sahabat masih bertanya-tanya, apa itu keroncong, barangkali penjelasan Victor Ganap, dalam jumpa pers Pasar Keroncong Kotagede, Kamis (10/12) di Restoran Omah Dhuwur bisa memberi pencerahan.
Jika berbicara mengenai keroncong, pertama-tama, berarti kita membicarakan sebuah (dua buah) alat musik “yang dahulu dikenal dengan Cuk dan Cak,” ujar Victor. “Alat musik ini yang sebenarnya menjadi inti dari musik keroncong.” Itu artinya, tidak akan ada musik keroncong tanpa ada dua alat musik tersebut, yang disebut Victor sebagai ruh dari musik keroncong.
Dalam perkembangannya, keroncong menjadi nama orkes, yang lazim disebut orkes keroncong. Orkes keroncong berbeda dengan kelompok musik (band) pada umumnya, “karena orkes keroncong tidak suka dengan drum set,” jelas Victor. “Oleh sebabnya (tidak memakai drum set), keroncong tidak disukai anak-anak muda.”
Lagi, keroncong kemudian berkembang menjadi jenis (genre) musik. Dalam musik keroncong ini sendiri terdapat berbagai bentuk, seperti langgam keroncong dan stambul keroncong.
Perkembangan keroncong yang terakhir, menurut Victor, di mana keroncong menjadi pola ritma. Victor mencontohkan bagaimana Orkes Tetap Segar pimpinan Rudi Pirngadie yang memainkan lagu-lagu pop barat dengan pola ritma keroncong dalam acara New York World’s Fair.
Empat definisi di atas, menurut Victor, juga dapat menjadi bukti bahwa keroncong adalah kesenian asli Indonesia. Meski demikian, keroncong memang berangkat dari peninggalan Portugis lewat Cak dan Cuk, juga lewat lagu Keroncong Moresco.
Nenek moyang Cak dan Cuk berasal dari Portugis, dulu dikenal dengan nama cavaquinho. Alat musik ini oleh masyarakat dunia hari ini lebih dikenal dengan ukulele.
Sedang Keroncong Moresco, menurut situs Art Music Today, merupakan bukti kuat atas sejarah kesenian Bangsa Moor yang masuk dan berkembang di Portugal, yaitu lagu Moresco. Di Indonesia, Kusbini adalah sosok yang pertama kali memperkenalkan keroncong Moresco ke khalayak.
Victor Ganap telah melakukan riset tentang keroncong sejak 1998, yang pada akhirnya dibungkus dalam sebuah buku berjudul “Kerontjong Toegoe” (BP ISI Yogyakarta, 2011).