Kemeriahan Pasar Keroncong Kotagede 2015

By , Rabu, 16 Desember 2015 | 17:30 WIB

Kotagede memiliki banyak bangunan kuno yang menyimpan sejarah tentang kebesaran Kesultanan Mataram abad ke-17. Panembahan Senopati, Sultan Agung, Amangkurat pernah menjadi tampuk pimpinannya. Kebesaran Kesultanan Mataram sekarang hanya bisa dirasakan dari sisa-sisa tembok keraton yang berdesakan dengan rumah penduduk. Beberapa tempat masih hingga sekarang antara lain Kampung Alun-alun, pasar, dan Masjid Kotagede yang masih berdiri kokoh. Kotagede saat ini meningkat pamornya sebagai pusat cenderamata, tempat para perajin emas dan perak dengan kualitas yang mumpuni. Perajin emas dan perak membangun kawasan ini dengan bangunan dan lorong-lorong sempit yang sekarang masih bisa dinikmati. Selain menyimpan bangunan warisan budaya, di kota ini kelompok pemusik keroncong juga masih bertahan hingga sekarang. Sebagai upaya untuk melestarikan musik keroncong, dihelatlah Pasar Keroncong Kotagede pada hari Sabtu (12/12). Pertunjukkan ini dibuka oleh budayawan dan sineas, Garin Nugroho bersama Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Umar Priyono. “Saya berharap kota yang melahirkan empat kerajaan besar seperti Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, Kasultanan Yogyakarta, dan Pakualaman menjadi tonggak bahwa musik keroncong bisa eksis dan membumi di Indonesia," ujar Garin Nugroho saat membuka acara.

Ada 3 panggung dan 16 kelompok musik keroncong yang meramaikan. Penyanyi-penyanyi terkenal seperti Iga Mawarni, Endah Laras, Subarjo HS, Didik Nini Towok, Heru Shagy Dog, Sinten Remen dengan Djaduk Ferianto tampil mengesankan saat menghibur pengunjung Meskipun pertama kali diadakan, antusiasme para pengunjung terasa saat musisi unjuk kebolehan di atas panggung. Pada perhelatan Pasar Keroncong Kotagede 2015, para penonton di beri keleluasaan untuk memilih dan menyaksikan musisi yang tampal tanpa dipungut biaya sedikitpun.

Menurut Muhammad Nazir yang merupakan penggagas Pasar Keroncong Kotagede 2015, “lebih dari 20 kelompok pemusik keroncong dari golongan tua dan muda ada di kota ini, seperti Subarjo HS yang menjuarai  lomba kroncong berkali-kali terlahir dari Kotagede.”Senada dengan Muhammad Nazir, pemusik Djaduk Ferianto juga mendukung penuh penyelenggaraan Pasar Keroncong di Kotagede untuk kali pertama. “Kalau di Amerika ada New Orland sebagai tempat tujuan wisata Jazz, di Indonesia diharapkan ada wisata Keroncong yang berpusat di Kotagede ini,” kata Djaduk Ferianto saat jumpa wartawan.

Beberapa pengamat Musik mengatakan bahwa akar musik keroncong berasal dari musik asal Portugal yang diperkenalkan oleh para pelaut dan pekerja kapal pada abad 16. Dalam perkembangannya di Tanah Air, masuklah sejumlah unsur tradisional Indonesia sehingga kita kenal dengan musik keroncong yang kita dengar sekarang ini. Di Portugal tidak ada alat musik cuk dan cak (gitar kecil bersenar string dan nilon) yang menjadi ciri khas musik keroncong di Indonesia.