Medellin, Sarang Narkoba yang Jadi Ekonomi Terkuat di Amerika Latin

By , Kamis, 24 Desember 2015 | 12:00 WIB

Eskalator biasanya banyak dijumpai di pusat perbelanjaan. Namun, bagaimana halnya jika eskalator muncul di sisi bukit Kolombia? Secara mengejutkan, eskalator menjadi salah satu solusi transportasi inovatif yang telah membantu mengubah kehidupan orang-orang di area yang dulunya terkenal sebagai salah satu kota paling berbahaya, di dunia.Lokasi itu adalah Medellin, sebuah kota di Kolombia Utara. Pada tahun 80-an dan 90-an, kota itu identik dengan kekerasan antar pengedar narkoba dan kelompok-kelompok paramiliter, sementara masalah kemiskinan kerap kali dikucilkan oleh sebagian besar masyarakat.

Namun kini semuanya berubah, Medellin telah menjadi kota yang penuh warna. Kota terbesar kedua di Kolombia itu kini menjadi daerah metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Amerika Latin.Perencanaan kota berdaya cipta menjadi salah satu alasan di balik kesuksesan tranformasi kota Medellin. Berada tinggi di lereng bukit, sebuah lokasi bernama Comuna 13 terkenal sebagai benteng gerilyawan dan pengedar narkoba.

Sebelum mencapai Comuna 13, 12.000 warga harus mendaki setara dengan 28 lantai rumah. Jalan curam membuat mustahil kendaraan untuk mengakses lingkungan miskin ini, meninggalkan masyarakat terisolasi dan tak tertembus.

Eskalator sepanjang 384 meter yang dibangun menjadi enam bagian di punggung gunung dibangun untuk menjadi solusi atas masalah tersebut. Berkat eskalator itu, warga hanya membutuhkan waktu enam menit untuk bisa tiba di Comuna 13.Dibuka pada 2011, pembangunan eskalator itu telah menjadi model untuk perencanaan kota di seluruh dunia.Hal paling penting dari pembangunan eskalator ini adalah perannya dalam membawa perdamaian dan kebanggaan di sebuah komunitas yang dulunya identik dengan berbagai perilaku kriminal.

"Tidak ada seorang pun yang yakin bahwa proyek ini bisa berhasil. Sebelumnya, tempat ini berada di bawah kekuasaan banyak geng, namun kini telah menjadi zona netral dan kendali atas kota dipegang penuh oleh komunitas," jelas sang arsitek, Carlos Escobar.

Escobar juga sangat terkesan dengan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan eskalator itu.

Dia mengaku tidak pernah mendengar lagi kekerasan muncul di Medillin semenjak konstruksi dimulai.