Daerah wilayah Artikca Alasaka adalah salah satu wilayah yang sulit diakses, karena masih sedikitnya peta yang akurat untuk menggambarkan wilayah ini. Hal ini menyebabkan para pilot memiliki resiko yang tinggi untuk menabrak bukit dan menambahkan ketidakpastian bagi para pengembang untuk membangun kilang minyak terbaru.
Masalah ini sudah menarik perhatian dari Artic National Wildlife Refuge (ANWR) di bagian paling selatan Alaska, dimana ketika para ilmuan berdebat tentang wilayah mana yang memiliki bukit tertinggi , Gunung Chamberlin atau Gunung Isto.
Tetapi analisa terbaru mengatakan, bahwa berdasarkan teknologi pemetaan terbaru menemukan bahwa gunung Isto memang lebih tinggi dengan ketinggian 8,976 kaki (2,736 meter). Gunung selanjutnya yang paling tinggi sebenarnya adalah gunung Hubley pada 8,912 kaki (2,718 meter) dan kemudian diikuti oleh gunung Chamberlin yang memiliki ketinggian sebesar 8,901 kaki (2,713 meter). Pengukuran terbaru ini juga membuktikan bahwa gunung Isto memiliki 330 kaki (100 meter) lebih tinggi daripada bukit tertinggi di Artika Kanada. Dan fakta ini juga yang diperdebatkan sebelumnya. Dan proyek pemetaan terbaru yang dipimpin oleh Matt Nolan dari Universitas Alaska, Fairbanks, yang mengumumkan penemuan dalam persatuan konferensi geofisika amearika di San Fransisco,rabu lalu. Mengacu pada pekerjaan Nolan sebelumnya, pemetaan yang paling akurat adalah peta yang terbuat pada tahun 1950-an, ketika para ilmuan memperkirakan ketinggian bukit berdasarkan foto udara yang diambil. Tetapi,foto-foto tersebut memiliki resolusi foto yang rendah kareng terbatas oleh teknologi dan GPS.
Hasil terbaru dari penelitian Nolan sudah dibuktikan melalui perangkat penjelajah DesLauries yang mendaki beberapa puncak dengan menggunakan pelacak GPS untuk melacak system terbaru dari pengindaraan jauh milik Nolan dengan menggunakan national geographic society.DesLauriers mengatakan bahwa Ia sangat senang karena keahlian berpetualangnya dapat membantu masyrakat “memahami lingkungan sekitar kita”
!break!Bagaimana cara kerjanyaSudah bertahun-tahun terlewat,Nolan sudah mengembangkan system penginderaan baru yang memanfaatkan kemajuan ternaru da;am teknologi untuk menyediakan data yang lebih banyak namun dengan biaya yang lebih rendah. Dia menamainya dengan Fofar, percampuran dari foto dan LiDAR, (alat penddeteksi cahaya). LiDAR sudah ada sejak sekitar 2 dekade dan alat ini semakin digunakan untuk penelitian tentang ilmu kebumian dan arkeologi. Tapi alat ini memiliki harga yang mahal, dengan sekitar $500,000 dan bahkan berharga satu juta dollar, dan alat ini juga membutuhkan sebuah pesawat agar bisa digunakan. Kebalikkannya, system milik Nolan hanya membutuhkan harga kurang dari %30,000 saja, walapun ia mengatakan alat ini lebih murah, pengukuran dengan alat ini juga menghasilkan pengukuran yang kurang tepat. Fodar milik Nolan memiliki 3 elemen utama, yakni, camera dengan standar ‘Prosumer’, dengan fasilitas GPS serta perangkat lunak algoritma yang disebut dengan Structure from Motion.Nolan dapat mengoperasikan sistemnya sendiri, sementara ia menerbangkan sebuah pesawat kecil melewati wilayah yang ingin diteliti. Ia menempatkan camera dibagian depan, dan kemudian setiap kali ia memotret, GPS akan merekam posisi pasti dari foto tersebut. Kemudian perangkat lunaknya akan mengubah foto tersebut dalam tampilan 3-D. Nolan juga mengatakan bahwa system ini secepatnya akan bisa ditempatkan di sebuah drone, agar bisa menekan harga produksinya.Algoritma yang memperkuat system ini dikembangkan untuk computer grafis dan industry robotm untuk melengkapinya dengan animasi dalam bentuk kartun dan memberikan mesin robotic untuk menavigasikan posisi tanpa harus turun langsung kewilyah tersebut. Di dalam Fodar, algoritmanya juga mengoreksi distorsi pada kamera. Tanpa penemuan seperti itu, para pengukur wilayah harus menggunakan kamera yang dirancang khusus untuk melakukan tugas dalam hal yang kecil. Hari ini, para konsumen kamera juga memliliki jumlah yang lebih baik dalam penataan cahaya dan kualitas lensa, yang kemudian akan bersaing dengan model sekarang untuk biaya puluhan ribu dolar.“dulu para ilmuan bumi mencari-cari cara bagaimana membuat sebuah peta yang baik dari daerah dalam karir mereka, tetapi sekarang, kita bisa membuat peta-peta tersebut sesering mungkin,” kata Nolan.Fodar juga sudah membantu para ilmuan menghitung perbuahan pada dataran, seperti tingkatan salju dan ketinggian es, erosi, dan lainnya. Sebagai contohnya, Nolan dan DesLauries menemukan bahwa perbukitan di gunung Okpilak di Alaska berpindah sekitar 49 kaki (15 meter) di sisi pinggir dan 6 inci secara vertical pada bulan April dan July 2015 lalu. Kelompok berfikir bahwa badai besar yang membuat lapisan es menyelimuti bukit pada saat itu.