Pada Agustus 2010, Dino Moline menerbangkan RANS S-9, sebuah pesawat aerobatik di Argentina. Tiba-tiba sayap pesawatnya patah saat melakukan demo di udara. Moline tak bisa keluar karena pesawat tersebut berputar tak terkendali. Ia pun menarik tuas parasut yang membuat pesawatnya melayang turun ke bumi. Ia pun keluar dari pesawat dan berjalan tanpa cedera apapun.
Pada 1948, pilot dan penerjun Bob Fronius dua kali mengembangkan parasut dari pesawat JR-V Robin di dekat San Diego, dan beberapa kali lagi beberapa tahun berikutnya dari pesawat J-3 Piper Cub. “Ia akan memanjat, mematikan mesin, mengembangkan parasut, bermain-main dengan pesawatnya, kemudian melepaskan parasut dan meluncur turun sambil menyalakan mesinnya," ujar Doug, anak dari Fronius.
Boris Popov, pendiri perusahaan yang membuat parasut untuk pesawat, Ballistic Recovery System (BRS) yang ada di Miami, Florida, mengatakan bahwa untuk menyelamatkan Boeing 747 yang jatuh bersama 500 orang di dalamnya, dibutuhkan 21 parasut yang masing-masing memiliki luas setara lapangan bola, papar Popov.
Perhitungannya, butuh luasan 0,1 meter persegi untuk membawa bobot setengah kilogram turun dengan selamat hingga ke tanah. Jadi salah satu jalan keluar yang harus ditempuh untuk mengurangi luasan parasut adalah membuang bagian yang berat saat pesawat mengalami keadaan darurat, seperti mesin dan sayap, hingga parasut hanya akan menyelamatkan para penumpang di kabin.
Guy Gratton, peneliti penerbangan di Brunel University, Inggris, setuju dengan metode tersebut, dengan syarat mesin dan sayap tersebut tidak boleh jatuh ke atas perkotaan atau permukiman.