Saat Natal dan libur panjang, saatnya video games bagi anak-anak.
Meskipun video games kerap dikecam luas oleh banyak ilmuwan sosial, orang tua dan guru sebagai permainan yang tidak bernilai atau hanya sedikit bernilai, beberapa pakar psikologi dan ilmu kognitif mulai mendebat pandangan itu.
Ilmuwan yang mempelajari dampak video games mengklaim mereka mungkin melatih otak, latihan kekuatan, memulihkan ketajaman mental dan kecepatan pemain yang meluas ke bidang-bidang kehidupan lainnya.
Apa yang disebut “first person shooter games” menghendaki para pemain untuk senantiasa sigap dan bergerak cepat ketika secara tiba-tiba menghadapi musuh.
Kini permainan video itu telah bergeser ke tingkat tiga dimensi, yang membuat para pemain merasa berada dalam kekacauan dunia virtual.
Menurut studi yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience, beberapa penelitimelaporkan bahwa mereka yang bermain video games tiga dimensi tampil lebih baik dalam tugas-tugas yang diberikan. Permainan itu memperkuat fungsi dalam “hippocampus,” struktur otak yang terkait dengan daya ingat.
Mereka yang bermain video games tiga dimensi tampil lebih baik dalam uji daya ingat dibanding mereka yang bermain video games biasa.
Mereka yang melakukan penelitian ini ingin mengetahui apakah video games memperbaiki penuaan otak pada orang dewasa.