Papirus Berusia 3.200 Tahun Berisi Informasi Variabel Bintang Algol

By , Senin, 28 Desember 2015 | 18:00 WIB

Museum Mesir Kairo membeli papirus unik dari pedagang barang antik pada tahun 1943. 23 tahun kemudian, ilmuwan Mesir Abd el-Mohsen Bakir menerbitkannya sebagai Kalender Kairo Nomor 86637.

Dokumen ini dibagi menjadi tiga bagian (Buku I, II dan III). Bagian terbesarnya adalah Buku II, kalender yang terdiri dari 365 bagian, satu untuk setiap hari dalam hitungan satu tahun Mesir (360 hari ditambah lima hari epagomenal). Ayat-ayatnya berfokus pada perayaan agama, insiden mitologi, hari menguntungkan atau merugikan, perkiraan, dan peringatan.

Peneliti dari University of Helsinki, Lauri Jetsu dan Sebastian Porceddu telah melakukan analisis statistik dari teks pada dokumen ini.

"Analisis statistik membawa kami pada pendapat bahwa teks-teks mitologi Kalender Kairo mengandung informasi tentang astrofisika Algol," kata para ilmuwan.

Analisis mengungkapkan bahwa periode dari bintang variabel Algol (2,85 hari) dan Bulan (29,6 hari) mengatur tindakannya di kalender ini.

"Kami menunjukkan bahwa Algol diwakili sebagai Horus yang menandakan baik keilahian dan kerajaan," kata para peneliti.

"Teks-teks yang menggambarkan tindakan Horus konsisten dengan jalannya peristiwa yang disaksikan oleh pengamat dengan mata telanjang dari bintang Algol."

"Masa Bulan, 29,6 hari, juga telah ditemukan di Kalender Kairo," kata mereka.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE secara online pada tanggal 17 Desember, menegaskan bahwa fase terang Algol dan Bulan memiliki arti sangat positif bagi bangsa Mesir Kuno.

Hal ini juga menegaskan bahwa bintang variabel pertama, serta periodenya, ditemukan jauh lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Pada 1596, Fabricius menemukan bintang variabel pertama, Mira. Holwarda menentukan periode sebelas bulan 44 tahun kemudian. Pada tahun 1669, Montanari menemukan variabel bintang kedua, Algol. Goodricke menentukan periode 2,867 hari dari Algol pada tahun 1783, "kata Jetsu dan Porceddu.

"Semua penemuan astronomi ini dilihat dengan mata telanjang. Sejak itu, mereka telah menjadi tonggak ilmu alam."

"Analisis statistik kami dari Kalender Kairo menegaskan bahwa semua tonggak ini  menggeser waktu sekitar tiga ribu tahun ke belakang,"kata  para ilmuwan menyimpulkan penelitian ini.