Artefak-artefak di dalam The British Museum sudah Dapat Dinikmati melalui Google Street View

By , Minggu, 3 Januari 2016 | 10:00 WIB

Pada tahun 1774, The British Museum yang ditemukan 21 tahun lebih awal sebagai museum nasional pertama di dunia, memiliki sebuah masalah, yakni menurut direktur dari museum ini, Matthew Maty. Sebanyak 10,000 ribu pengunjung tiap tahun ialah orang-orang yang tidak tertib, selain itu Ia juga mengeluhkan sikap kurang baik para pengunjung terhadap para pemandu wisata.

 Namun, saat ini, the British Museum sudah melakukan kerja sama dengan the Google Cultural Institute(GCI) : Google Street View  terbesar di dunia yang merupakan sebuah ruang interior, dengan memiliki 9 tingkat lantai dan 85 buah galeri dari museum ini.

Penjelajahan virtual ini membuat semua orang di seluruh dunia yang memiliki koneksi internet dapat melihat setidaknya 80,000 artefak secara langsung (dimana artefak ini hanya 1% persen dari koleksi museum yang berjumlah kurang lebih delapan juta objek yang ada) mulai dari Lewis Chessmen and cat mummies , kemudian Rosetta Stone dan Elgin Marble dipamerkan secara bebas melalui situs ini. Namun, kurang dari 200 objek yang saat ini dipamerkan oleh museum tidak termasuk kedalam Street view, terutama pada karya seni modern yang berada dibawah hak cipta dan benda-benda etnografi yang tidak bisa difoto karena alasan budaya, Menurut Chris Michaels, Kepala media digital dan penerbitan dari pihak museum.

Sebagai tambahan untuk Street View, the British Museum dan GCI menambahkan fitur pemeran virtual, sebagai sebuah produk eksperimen dari ‘microsite’ yang dapat memetakan seluruh koleksi sepanjang waktu, dengan resolusi tinggi, dan gambar yang zoomable lebih dari 4,500 objek terpilih lengkap dengan deskripsinya. Gambar yang paling mengagumkan adalah gambar dari the Admonitions Scroll dengan fasilitas resolusi super tinggi (‘Gigapiksel’), berusia sekitar 50-70 abad sebuah replika yang dibuat oleh Gu Kaizhi, yang dianggap sebagai bapak lukisan klasik asal China. Gulungan sutra yeng memiliki panjang lebih dari 11 kaki (3,4 meter) dan begitu rapuh hanya ditampilkan kepada public beberapa minggu setiap tahunnya. Namun, sekarang adalah dunia digital, dapat dinikmati kapan saja dan dimana saja di dunia.

Sejak penemuannya pada 2007, Google Street View sudah mempermudah para ‘Virtual Voyeurism’ untuk mengetahui segalanya tanpa harus dating langsung ke tempat tersebut, seperti, Grand Canyon hingga kecelakaan Mobil yang terjadi di Swedia. Google juga mulai memperluas kemajuan teknologinya dengan Institut kultural milkinya, (dimana yang dimaksud ialah ‘Museum View’) yang mampu menangkap gambar ruang seperti Carnegie Hall dan Pompeii.

Selain itu, proses yang digunakan cukup sederhana, dengan menggunakan kamera setinggi tujuh kaki (2,1 meter) dengan memiliki lebar sebesar 0,6 meter, kamera ini akan berjalan mengelilingi seluruh bagian dari galeri selama sekitar 5 hari. Hal seperti ini juga sudah dilakukan oleh GCI secara menyeluruh kepada 320 museum dan galeri lainnya. Termasuk India’s Heritage Transport Museum, dan Metropolitan Museum of Art.

Alat yang digunakan untuk mempermudah pemetaan seluruh bagian dari museum. (Google/nationalgeographic.com)

Kerjasama The British Museum dengan GCI tidak hanya merupakan inisiatif dari dunia cyber. Lebih dari 3,5 juta data dari objek-objek museum sudah diperbaharui sejak 2007 dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat public. Saat ini, para pengunjung dunia maya dapat mengunduh objek dari koleksi-koleksi museum dengan menggunakan mesin cetak 3 Dimensi dan bahkan dapat membantu para curator unurk menyusun informasi tentang koleksi pedang pada zaman perunggu.

Menurut Michaels, inisiatif cyber ini sangat serasi dengan misi asli dari museum yang sudah berusian 262 tahun ini. The British Museum ini didirikan dengan prinsip untuk menceritakan kisah seluruh dunia untuk orang-orang di dunia”