Batu Vulkanik Jenis Baru ditemukan di Bulan

By , Jumat, 1 Januari 2016 | 18:00 WIB

Penjelajah bulan Yutu milik China menemukan batu vulkanik jenis baru di aliran lava yang telah lama mati di spot gelap raksasa Mare Imbrium. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.

 Batuan vulkanik yang dikenal sebagai basal memiliki tingkat menengah dari titanium, berbeda dengan batuan tingkat tinggi atau rendah yang dibawa kembali oleh misi luar angkasa Uni Soviet, Luna dan misi Apollo milik Amerika Serikat dari tahun 60-an dan 70-an.

Menurut The Guardian, para ilmuwan percaya temuan ini bisa menjelaskan lebih gambling tentang bagaimana tetangga terdekat sekaligus satelit Bumi ini terbentuk.

Yutu, yang secara harfiah berarti “kelinci bulan” merupakan  penjelajah bulan tak berawak yang menjadi bagian dari misi Chang'e 3 Tiongkok ke Bulan. Yutu diluncurkan pada 1 Desember 2013 dan tiba di permukaan Bulan tanggal 14 Desember 2013. Tempat pendaratan aslinya adalah Sinus Iridum, akan tetapi, wahana pendaratnya turun di Mare Imbrium.  Dilansir dari The New York Times , Yutu dilanda masalah dari awal setelah sistem terkunci. Akibatnya, Yutu hanya bisa menganalisis batu sekitarnya.

 Ketika akhirnya memulai mengirimkan data, ilmuwan di Bumi terkejut. Batu-batunya berbeda dari apa yang telah ditemukan sebelumnya, dan kaya akan besi oksida dan olivin.

"Keragaman mengatakan bahwa mantel atas Bulan komposisinya jauh lebih beragam dari pada Bumi," kata Bradley Jolliff, profesor ilmu bumi dan planet di Washington University dan salah satu penulis studi tersebut.  

Ia menambahkan, "Dengan menghubungkan sifat kimiawi dengan usia, kita dapat melihat bagaimana vulkanisme Bulan berubah dari waktu ke waktu."

Diharapkan bahwa penemuan dapat membantu ilmuwan untuk lebih memahami asal-usul Bulan. Saat ini diperkirakan bahwa Bulan terbentuk dari puing-puing jika benda seukuran Mars menabrak Bumi. Bagian dalam Bulan dipisahkan menjadi kerak, mantel dan inti. Kemudian, 500 juta tahun setelah pembentukannya, radioaktivitas dalam mantel disebabkan letusan gunung berapi, yang memuntahkan lava keluar ke permukaan.

Batu yang ditemukan selama misi Soviet dan Amerika diyakini berusia 3 sampai 4 miliar tahun. Tapi temuan Yutu ini diperkirakan berumur 3 miliar tahun. Dengan fakta tersebut, para ilmuwan mungkin dapat membuat garis waktu yang menunjukkan ketika magma dari letusan didinginkan dan dipadatkan.

 Penulis utama studi Zongcheng Ling, dari Universitas Shandong, mengatakan bahwa temuan itu hanya awalan.

"Kami akan melanjutkan studi mendalam kami untuk basal muda dari Bulan  ini," katanya.

"Mungkin dalam kombinasi dengan serangkaian data bulan lainnya, studi meteorit bulan dan metode pemodelan kimia, kita dapat lebih memahami sejarah petrogenisis dari basal unik ini," pungkas Ling.