Di Tanzania, Pengeboman Laut Merusak Semua Kehidupan Hewan Laut

By , Jumat, 1 Januari 2016 | 16:00 WIB

Mengapa hal seperti itu dilakukan? Karena para nelayan kecil di Tanzania menggunakan bahan peledak secara illegal untuk mendapatkan limpahan ikan hanya dalam hitungan detik.Pengeboman yang dilakukan seperti itu tidak hanya dapat membunuh ikan-ikan di laut, tapi secara tidak langsung juga dapat membunuh  berbagai karang dan keanekaragaman hewan laut yang bergantung pada terumbu karang tersebut.

Para ahli percaya bahwa di pengeboman ikan seperti ini berada di tingkat yang sebelumnya belum pernah terjadi di Tanzania, menambang ikan dengan menggunakan ledakkan semakin dipermudah karena para nelayan bisa  lebih mudah mendapatkan bahan peledaknya.  Pengeboman ikan seperti ini mengingatkan kejadian serupa pada tahun 1960 dan mulai dikeluarkan hukum pelarangannya pada tahun 1970. Metode blash fishing seperti ini memang lebih murah dan jauh lebih produktif daripada menggunakan metode tradisional yang menggunakan keranjang dan alat pancing, namun hal ini juga sangat berbahaya : kesalahan yang terjadi pada bom ini dapat menghancurkan anggota tubuh dan bahkan membunuh manusia.

Dengam melemparkannya ke laut, satu buah botol bom ini dapat membunuh segala sesuatu yang berada di bawahnya dalam radius 30 sampai 100 kaki dari pusat bom tersebut. Ledakan seperti itu dapat memecakan kandung kemih ikan yang sedang berenang dan kemudian organ-organ ikan tersebut dibiarkan mengapung begitu saja. Dan untuk ikan yang memiliki massa yang lebih berat akan dibiarkan tenggelam, dan para nelayan sudah menyiapkan jaring untuk mengambil ikan-ikan yang sudah mengapung dipermukaan.

“dengan jumlah ledakan yang tidak sedikit pada setiap harinya di sekitar terumbu karang dalam beberapa decade ini,” Kata Greg Wagner dari Universitas Dares Salaam di Tanzania,”dampak keseluruhan dari pengeboman terhadap terumbu karang sudah benar-benar menghancurkannya.”

Adalah seorang tentara Eropa pada saat perang dunia pertama yang memperkenalkan cara memancing dengan menggunakan bom untuk mendapatkan makanan yang cepat, segar menurut penjelasan dari seorang ahli kelautan Michel Bariche pada tahun 2014. Beberapa negara seperti kenya dan Mozambik sudah bisa menghentikan cara memancing seperti ini. Namun hal ini masih tetap terjadi di Lebanon, Malaysia, Filipina, Indonesia dan Myanmar. Tanzania adalah satu-satunya negara di Afrika yang masih melakukan pengeboman ikan dalam skala yang besar, kata Smartfish, salah satu fisheries program yang didanai oleh Uni Eropa.

1. Setidaknya terjadi 10 ledakan per harinya Para peneliti menghidtung lebih dari 300 ledakan tejadi dalam 30 hari, atau selama 231 jam dari rekaman yang berasal dari bawah laur di perbatasan Tanzania-Kenya menuju ke arah Mozambik. Sebagian besar ledakan ini sekitar 60 persen terjadi pada 50 mil (80 kilometer) dari kota Dar es Salaam, menurut laporan pada bulan November, tetapi di wilayah lain termasuk wilayah  pulau Songo Songo, wilayah Tanga dan pesisir kota Lindi. Sebanyak 70 persen dari ledakan terjadi pada pukul 9 pagi hingga jam 1 siang. Para ilmuwan mengatakan bahwa perhitungann penelitian tersebut masih kolot, karena hydrophone tidak dapat mencatat di daerah yang sangat dangkal dekat dengan pantai, dimana  disana merupakan lokasi yang sering terjadi pengeboman ikan, selain itu kemungkinan para nelayan tidak pergi melaut ketika melihat perahu para ilmuan melintas.

2. Menghilangkan populasi Terumbu karang, ikan dan lainnya Sekitar dua pertiga dari garis pantai di Tanzania adalah terumbu karang, yang keberadaannya dapat mendukung kehidupan ikan, kepiting, dan jenis hewan laut lainnya dan terumbu karang juga mempunyai peran penting dalam mengatur tingkat karbon dioksida di laut.

“Sebagian dari terumbu karang disini telah tumbuh dan berkembang biak selama beberapa decade,” kata Gabby Ahmadia, seorang Ilmuwan kelautan dari World Wildlife Fund. “ketika Kita merusak mereka, mereka membutuhkan waktu selama beberapa decade untuk pulih kembali, dan terkadang tidak sama sekali.”

Sebuah penelitian mengenai terumbu karang di Tanga mengungkapkan bahwa kepadatan ikan 12 kali lebih tinggi pada terumbu karang yang mengalami sedikit kerusakkan akibat ledakan bom daripada dengan yang berada di dekat dengan lokasi pengeboman. Selain menjadi ancaman dari berbagai macam jenis biota laut, hal ini juga bisa menjadi ancaman pariwisata, karena para wisatawan sama sekali tidak tertarik untuk pergi ke pantai jika blash fishing masih terus dilakukan karena secara sistematis akan merusak keindahan terumbu karang yang dapat meningkatkan daya tarik bagi para wisatawan.

3. Upaya Pemulihan

Pada bulan Juni, pemerintahan Tanzania meluncurkan sebuah Agen untuk menangani kejahatan satwa liar seperti pengeboman ikan. “dengan menfokuskan target kepada individu dan seluruh jaringan yang mengontrol perdagangan illegal ini dan kemudian membawa mereka ke pengadilan, dan menyita asset yang diperoleh dari kejahatan mereka ”tegas Magese Emmanuel Bulayu, petugas dari kementrian sumber daya alam dan pariwisata Tanzania. “Kami sudah menindak tegas para nelayan ini, namun hanya sementara dan mereka kembali mengulangi perbuatan mereka. ” Kata Tim Davenport dari Wildlife Conservation Society’s (WCS) dalam program Tanzania. Sumber daya yang sedikit dan kebingunan dari penegak hukum dan hukuman yang ringan untuk para pelaku kejahatan sudah menjadi permasalahan yang abadi. Kebijakan dari Fisheries Act of 2003 akan memberikan hukuman minimal 5 tahun kepada para pelaku pengeboman laut, namun menurutu seorang konservasionis laut Sue Wells, orang jarang yang menerima hukuman tersebut.

Davenport mengatakan bahwa ia berharap penelitian dari WCS dapat membantu melawan pengeboman ikan,”Saya berharap masyarakat segera menyadari bahwa hal ini ialah masalah yang sangat serius, masalah ini tidak akan pergi kecuali kita menaganinya.”