Keberadaan Lumba-Lumba Merah Muda Semakin Terancam

By , Rabu, 6 Januari 2016 | 10:00 WIB

Sekitar 4 jam sejauh 35 km, bagian dari perjalanan Clean Cross Swim untuk mengumpulkan uang untuk Ocean Recovery Alliance’s seorang perenang laut lepas mendekati bibir pearl River Delta ketika seorang pendayung, Shu Pu, mulai berteriak. Ada banyak sekali lumba-lumba merah muda  langka dimana-mana, seolah-olah mereka juga ingin ikut berpartisipasi dalam acara ini.

“Saya sudah melewati Hongkong, mengayuh mengelilingi pulau-pulau selana 7 tahun, namun belum pernah melihat lumba-lumba pink ini secara langsung,” Kata Pu.

Tidak hanya satu atau dua ekor lumba-lumba saja, ada sekitar 25 hingga 30 ekor lumba-lumba yang mengikuti para kru dan berenang-renang di setiap sisi. “Mereka bersama kita lebih dari satu jam dan datang dengan sangat dekat, sekitar 3 meter dari saya, melompat dan melewati depan kano saya,” tambah Pu.

Penampakan lumba-lumba merah muda ini merupakan kejadian yang sangat langka, karena sangat jarang sekali bahkan tidak pernah melihat lumba-lumba dalam jumlah yang besar dan pada waktu yang sama pula. Menurut, Hong Kong Dolphin Conservation Society, jumlah dari lumba-lumba merah muda di perairan Hong Kong sudah menurun dari jumlah 158 pada tahun 2003 menjadi 61 ekor saja pada tahun 2014, berkurang sekitar 40%. Populasi lumba-lumba merah muda dengan bintik abu-abu ditemukan dalam jumlah yang sedikit pula di bibir sungai Thailand, Vietnam dan Malaysia yang juga keberadaannya mulai terancam.

Dengan adanya sebuah pembangunan konstruksi yang berada 50 km dari Jembatan Hong Kong Zhuhai Macau yang akan menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia akan diselesaikan pada akhir 2016 ini benar-benar akan berdampak kepada keberadaan lumba-lumba ini. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk membangun tiga buah runaway dekat dengan bandara Internasional Hongkong di Pulau Lantau, yang merupakan gerbang utama dari koridor lumba-lumba ini. Rencana ini akan melibatkan 650 hektar dari wilayah tersebut, secara dramatis dapat mengurangi habitat lumba-lumba dan akan membatasi ruang gerak mereka.

“Situasi ini sudah semakin lebih buruk pada dekade terakhir ini. Jika para kontraktor tetap memaksakan melakukan rencana ini, tidak akan ada harapan lagi,” kata Dr. Samuel Hung, pimpinan dari Hong Kong Dolphin Conservation Society.

Tetapi pembangunan jembatan dan lahan untuk bandara ini bukanlah satu-satunya masalah. Para lumba-lumba ini juga menghadapi masalah serius yakni polusi yang dapat menyebabkan dan kematian lumba-lumba premature dari lumba-lumba ini. Kemungkinan juga karena ketidak efektifitas dari manajemen pembuangan sampah dan limbah, perairan di Hong Kong sudah benar-benar terkontaminasi dengan plastic, dipenuhi dengan benda-benda metal, dan terkadang Clean Cross Swim juga sudah mencoba untuk mengingatkannya.

Kita mungkin tidak dapat berenang bersama lumba-lumba merah muda ini lagi, namun dengan upaya yang terus dilakukan oleh para aktivis untuk mendidik para wisatawan dan pihak sejenis lainnya, mungkin lumba-lumba merah muda ini masih bisa menyelam di sekitar perairan Hong Kong lebih lama lagi.