Century Egg, Cemilan Berusia 500 Tahun

By , Rabu, 6 Januari 2016 | 08:00 WIB

Beribu-ribu tahun yang lalu, ada sebuah ide yang memunculkan sebuah panganan yang gurih dan disebut dengan century egg, atau telur seabad berasal dari suatu desa di China. Menurut ceritanya, ada seorang petani yang tidak sengaja menemukan telur bebek yang berada di dalam kolam yang berlumpur dan mengandung kapur mati (sejenis kalsium hidroksida). Setelah berusaha mencicipinya, Ia kemudian mencoba untuk menduplikat telur itu secara manual, dan kemudian akhirnya menghasilkan sebuah rasa nikmat yang dapat bertahan selam berabad-abad sebagai makanan lezat dari Hong Kong, China dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Walaupun rincian dari penemuan century egg ini belum didokumentasikan, para ilmuwan memperkirakan bahwa telur ini sudah ada sejak lebih dari 500 tahun sebelum Dinasti Ming. Meskipun teknik yang sudah digunakan untuk produksi dalam jumlah besar, proses pengawetannya relatif tidak berubah. Untuk membuat telur ini, biasanya dipenuhi dengan kombinasi dari the hitam biasanya dipenuhi dengan kombinasi dari teh hitam yang kuat, jeruk nipis, garam dan abu dari kayu bakar dan kemudian didinginkan semalaman. Keesokkan harinya, telur bebek, puyuh dan ayam ditambahkan ke dalam campuran dan direndam di manapun mulai dari 7 minggu hingga 5 bulan, tidak selama satu abad seperti namanya.

Century egg ini memiliki banyak nama lain, seperti Hundred-year egg, thousand-year egg atau millennium egg. Tapi apapun sebutan dari makanan ini, cemilan ini dapat dengan mudahnya ditemukan di toko kelontong, restauran-restauran China dan di dalam toko bubur sederhana. Dengan tidak berwarna putih dengan kuning atau oranye terang, makanan ini lebih terlihat seperti jelly dengan warna coklat gelap dan dengan warna yang kurang menarik selera dan berwarna hijau rawa, belum lagi dengan aroma ammonia yang sangat tajam, telur ini juga memiliki julukan sebagai “telur urin kuda”. Di samping penampilannya, banyak anak-anak di China tumbuh dengan makanan ini dan belajar untuk mencintai rasa dari telur ini pula.

“Saya ingat ketika saya saja memperlihatkan kepadaku telur seabad ini, dan reaksi pertama saya adalah bahwa telur ini sangat bau,” kata CL Chan, seorang warga Hong Kong yang berusia 55 tahun, “Kemudian saya mencoba untuk mengatasi keengganan saya dan mulai berfikir kalau ini adalah hal yang baik, kapanpun saya terkena sakit gigi, ibu saya akan memasak untukku semangkuk bubur dengan telur ini dan dilengkapi dengan daging babi yang dilumuri ketumbar, dan rasanya menyenangkan untuk memakannya.”

Sebuah century egg yang ideal ialah ketika memiliki kuning telur yang besar, masih berwarna hijau ke kuningan , dan dikelilingi oleh cincin berwarna coklat, hijau dan biru navy. Warna ini menandai perbedaan tahap dalam transformasinya dan semakin besar kuning telurnyanya, semakin bagus. Karena wujudnya yang tidak menyenangkan, namun rasanya benar-benar diluar dugaan. Telur ini dengan sangat mengejutkan memiliki rasa yang creamy, berbeludru dan lezat. Ketika telur ini disantap dengan irisan jahe merah muda, rasa manis dan pedas melengkapi elemen rasa lain untuk hidangan yang dapat menyegarkan langit-langit mulut diantara setiap gigitannya.

Saat ini, century egg sering dimakan sepanjang hari, untuk sarapan, untuk makan malam, atau sebagai camilan untuk makanan pembuka. Pada tahun 1920, disebuah restaurant dim sum, Hang Hueng sudah menciptakan inovasi baru dari telur ini, yakni dengan membungkusnya dengan roti berwarna coklat keemasan.

kue ini memiliki kejutan lembut di dalamnya. (Kate Springer/nationalgeographic.com)