Negara-negara penghasil minyak mentah terpukul akibat jatuhnya harga minyak. Hingga penghujung tahun 2015, harga minyak telah turun hingga di bawah 37 dollar AS per barrel, dibandingkan kisaran 100 dollar AS di pertengahan 2014 silam.
Beberapa faktor menyumbang kejatuhan harga minyak, seperti melimpahnya pasokan, keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk tidak mengurangi produksi, dan perlambatan permintaan dari China.
Berikut 5 negara yang paling merugi akibat menurunnya harga minyak dunia.
1. Venezuela Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar dunia. Pemerintah sudah bertahun-tahun menggunakan pendapatan dari minyak untuk membayar pensiun, jaminan kesehatan, jaminan sosial, bahkan untuk subsidi perumahan dan pasar. Namun, ekonomi Venezuela sudah di ambang kejatuhan, di mana inflasi melonjak 150 persen pada 2015 dan diprediksi bakal naik hingga 200 persen di 2016.
Pelemahan ekonomi ini berdampak pada goncangan politik. Awal bulan Desember lalu, partai oposisi memenangkan mayoritas suara dalam pemilu untuk pertama kalinya dalam 17 tahun.
2. Arab Saudi Minyak menyumbang 75 persen pendapatan Arab Saudi. Ketika harga minyak jatuh, maka sektor finansial negara itu terpukul. Pemerintah mengalami defisit anggaran hingga 100 miliar dollar AS dan mencabut subsidi.
"Ini mengingatkan kita, bahkan produsen minyak dunia pun bergantung pada harga yang lebih tinggi untuk menyeimbangkan anggaran dan harga saat ini tidak mendukung," kata Kit Juckes, Global Strategist di Societe Generale.!break!
3. Nigeria Penghasil minyak terbesar Afrika terlilit masalah akibat jatuhnya harga minyak. Pasalnya, minyak menyumbang 75 persen pendapatan pemerintah Nigeria dan hampir 90 persen ekspor negara itu.
Jatuhnya harga minyak membuat pemerintah tak mampu membayar biaya dan beban. Media lokal melaporkan, sebagai imbas kerugian pemerintah akibat harga minyak, pegawai pemerintahan di berbagai daerah di Nigeria bahkan tak digaji selama berbulan-bulan. Nigeria pun mengalami penurunan pasokan energi dan bahan bakar minyak.
4. Rusia Hampir separuh penerimaan pemerintah Rusia berasal dari ekspor migas. Jatuhnya harga minyak terjadi saat Rusia tengah menderita akibat sanksi ekonomi dari Barat.
Anggaran Rusia didasarkan pada harga minyak 50 dollar AS per barel, namun nyatanya harga minyak hanya 37 dollar AS. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Rusia hanya 3,8 persen di tahun 2015 dan 0,6 persen di 2016.
5. Irak Jatuhnya harga minyak memukul ekonomi Irak ketika pada saat bersamaan negara itu sangat membutuhkan pendapatan untuk membiayai perang melawan ISIS. Irak telah menembus rekor produksi minyak tahun 2015. Namun, meningkatnya produksi tidak menggenjot harga.
Sebenarnya Irak punya banyak pasokan minyak, namun butuh lebih banyak investasi di sektor infrastruktur untuk mengaksesnya.