Sebuah penghalang terapung raksasa dirancang untuk mengumpulkan sampah plastik yang telah dibuang ke laut, akan diuji akhir tahun ini. Teknologi baru ini direncanakan untuk disebarkan di beberapa daerah yang paling tercemar oleh lautan di dunia. The Ocean Cleanup merancang penghalang yang memiliki panjang 100 meter (330 kaki) strukturnya diujicoba sejauh 23 kilometer (14 mil) di lepas pantai Belanda, di mana ia akan berfungsi seperti bendungan terapung, menjebak tas, botol dan sampah lainnya.
Saat ini diperkirakan bahwa antara 5 hingga 13 juta ton plastik masuk lautan setiap tahun, ancaman utama terhadap ekosistem laut. Misalnya, kelangsungan hidup 100 spesies akuatik yang berbeda diduga terancam oleh sampah plastik, dengan setidaknya satu juta burung laut mati setiap tahun, sebagai akibat menelan langsung atau terperangkap oleh sampah ini.
Spesie-spesies tersebut terancam oleh sampah plastik saat ini, beberapa spesies seperti penyu seringkali menelan kantong plastik setelah salah mengira itu adalah ubur-ubur.
Penghalang laut ‘Cleanup’ bertujuan untuk mengumpulkan puing-puing sampah, dan akan ditempatkan di lokasi strategis tertentu, di mana arus secara alami menyebabkan limbah mengambang untuk berkumpul. Cleanup akan diuji pada kuartal kedua tahun ini, untuk membedakan manfaatnya dalam kondisi laut di kehidupan nyata, dengan menggunakan kamera dan sensor untuk memantau pergerakan dan kinerja dalam menanggapi gelombang dan arus laut.
Setelah data ini dianalisis, para pengembang berniat untuk membuat penghalang yang lebih jauh 100-kilometer (60 mil) akan ditempatkan di Great Pacific Garbage Patch. Great Pacific Garbage Patch Ini adalah perangkap sampah terbesar dari lima yang ada di dunia atau dikenal pula sebagai gyres, di mana arus laut yang berputar menyebabkan puing-puing sampah berkumpul mengambang. Diperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari semua plastik lautan saat ini terletak di kawasan tertentu, yang berada di antara daratan AS dan Hawaii.