Mengenal Granat, Penyebab Ledakan di Sarinah

By , Kamis, 14 Januari 2016 | 19:00 WIB

Ledakan yang terjadi di pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) pagi menggemparkan warga ibukota.  

Ledakan tersebut terjadi sebanyak tiga kali kemudian diikuti dengan baku tembak antara petugas kepolisian dengan pelaku. Dilansir dari Kompas.com, Kadiv Humas Mabes Polri Irjan Anton Charliyan memastikan ledakan di Jalan Thamrin bukan merupakan bom, melainkan granat. 

Nama granat, grenade, bahasa Perancis Kuno dari kata (pome) grenate yang artinya adalah buah delima. Istilah ini muncul karena granat pada awalnya mirip buah delima atau pomegranate, berupa bola kecil yang di dalamnya diisi serbuk mesiu. Bola bundar itu tadinya terbuat dari kulit kayu, kaca, dan tembikar.

Dalam perkembangannya, granat berubah menjadi bentuk tabung atau silinder dan terbuat dari metal. Kemudian bentuk granat ada yang menyerupai telur, buah nanas, atau bergagang kayu.

Granat memiliki berbagai bentuk dan ukuran yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda. Umumnya granat dirancang untuk meledak dan melontarkan serpihan-serpihan tajam ke segala arah. Ada juga granat yang terbakar, dan melepaskan asap.

Beberapa bagian utama pada granat yaitu badan, pengisi dan sumbu. Badan granat mengandung pengisi, kebanyakan granat juga mengandung serpihan tajam, kawat dan bola-bola besi. Pengisi berupa bahan kimia atau bahan peledak dalam granat, yang menentukan kegunaan granat. Sedangkan sumbu, membuat granat berfungsi dengan menyalakan atau meledakkan bahan pengisi. Setelah diaktifkan, granat meledak empat hingga lima detik kemudian.

Granat telah menjadi bagian dalam perang selama ratusan tahun. Mereka awalnya dikembangkan sekitar tahun 1000 Masehi oleh orang Cina. Eropa memiliki versi mereka sendiri pada abad ke-15 dan 16 dengan hasil beragam.

Dalam penggunaan di lapangan, granat tempo dulu malah sering membahayakan pemakainya karena sumbu yang tidak dapat diandalkan. Baru pada awal abad 20, masalah sumbu ini mulai teratasi, meskipun mengatur kecepatan pembakaran pada sumbu masih jadi persoalan untuk sekian lama.

Jika burning time terlalu lama, maka granat yang sudah dilontarkan dapat dipungut lawan dan dilemparkan kembali ke arah pelontarnya. Sebaliknya, kalau terlalu cepat malah mencelakakan penggunanya.

Granat pada masa kini lebih aman. Saat peledakan dapat dibuat misalnya lima detik setelah kunci dibuka. Bagi pemakainya, granat jenis ini lebih aman dibandingkan jenis granat yang dibuat meledak begitu menyentuh tanah.