Tahap Awal Alzheimer Terdeteksi dalam Urin

By , Sabtu, 23 Januari 2016 | 13:00 WIB

Gen rusak dapat mengakibatkan perubahan dalam urin yang muncul pada awal penyakit Alzheimer. Meski hanya ditujukan pada hewan pengerat, jika sama berlaku bagi manusia, para ilmuwan mungkin dapat menggunakan perubahan ini, sebagai cara untuk meningkatkan deteksi penyakit, hasil penelitian ini disambut dalam menghadapi epidemi yang berkembang saat ini.

Saat ini, diagnosis Alzheimer sering datang bila gejala mental yang jelas mulai menunjukkan hal-hal seperti – sering terlambat, karena pada saat ini otak telah mengalami kerusakan yang signifikan. Itu sebabnya para ilmuwan ingin mencari tanda-tanda yang muncul sebelumnya, bahkan pada mereka yang tidak menunjukkan gejala, yang akan menawarkan kesempatan untuk menguji obat untuk memperlambat atau bahkan menghentikan perkembangannya.

Salah satu jalan yang perlu ditelusuri adalah urin. Selama bertahun-tahun, bahan kimia yang terkandung dalam produk limbah ini telah digunakan sebagai indikator penyakit tertentu, dan beberapa bahkan ditandai dengan komposisi kimia yang abnormal, seperti beberapa jenis kanker payudara. Memang, studi pada tikus dengan model Alzheimer telah menemukan, bahwa salah satu komponen tertentu meningkat pada tikus tersebut, dan bahwa kenaikan yang jelas sebelum timbulnya patologi ciri Alzheimer yaitu, peningkatan bundel beracun dari protein yang disebut amiloid-β (Aβ).

Untuk menguji ide ini lebih lanjut, peneliti dari Monell Chemical Senses Center dan Departemen Pertanian AS menggunakan tiga model tikus yang berbeda dari penyakit Alzheimer. Dijelaskan dalam Scientific Reports, masing-masing memiliki mutasi pada gen yang bertanggung jawab terhadap protein prekursor amiloid (APP), salah satu yang akan dipotong hingga menghasilkan Aβ. Mirip dengan manusia, mutasi ini menyebabkan penumpukan Aβ, sehingga karakterisitik plak otak terlihat pada pasien Alzheimer.

Tim peneliti ingin melihat apakah urin dari hewan-hewan ini memiliki perubahan dalam tingkat bahan kimia yang mudah menguap, atau yang mudah menguap, sehingga mereka menyusun tes perilaku endusan. Tikus memiliki penciuman yang tajam dan sangat termotivasi untuk mencari dan menyelidiki bau. Tim menyediakan tikus-tikus dengan sampel urin dari tikus mutan, untuk bersama-sama dikontrol dan didokumentasikan waktu yang dihabiskan tikus mengendus urin masing-masing.

Berikutnya, mereka menunjukkan analisis kimia pada sampel untuk melihat apakah perbedaan-perbedaan jelas terdeteksi. Hasilnya terdapat bau unik  yang menjadi tanda pada tikus mutan. Menariknya, perubahan tidak termasuk penampilan dari setiap bahan kimia baru yang tidak ada pada tikus kontrol, melainkan perubahan ke tingkat senyawa yang ada. Ini bisa menunjukkan bahwa mutasi yang menyebabkan beberapa jenis kelainan metabolik pada tikus.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini, tetapi kalau itu ternyata menjadi kasus, para peneliti menyarankan data pada penelitian ini dapat berguna untuk jika digabungkan dengan tes buatan, seperti pencitraan otak dan analisis kognitif