Senyawa Kimia Beracun Ditemukan dalam Lemak Paus

By , Jumat, 22 Januari 2016 | 17:00 WIB

Studi ekstensif yang menyelidiki kehidupan empat spesies paus dan lumba-lumba di lepas pantai Eropa, telah menemukan bahwa kadar bahan kimia berbahaya, polychlorinated biphenyl (adalah yang tertinggi tercatat di dunia) terdapat dalam lemak paus. Mereka juga telah menyimpulkan bahwa konsentrasi tinggi bahan kimia ini pada hewan merupakan kemungkinan penyebab tingkat reproduksi yang tertekan. Hal ini terlihat di antara orca (Paus Pembunuh) dan spesies lain di seluruh Eropa sejak tahun 1960-an.

Sebelum mereka dilarang, senyawa polychlorinated bifenil - atau PCB - biasa digunakan dalam alat elektronik, cat, dan sebagai penghambat api, sampai ditemukan bahwa mereka sangat beracun, dan kemudian dilarang. PCB diketahui bersifat bioakumulasi, yang berarti bahwa mereka membangun dalam rantai makanan, sering terkonsentrasi pada hewan yang mengambil tempat teratas, seperti paus dan lumba-lumba. Seperti banyak bahan kimia berbahaya, mereka telah berhasil bertahan dalam lingkungan, dan masih memiliki dampak besar pada mamalia laut yang ditemukan di Atlantik  timur dan Mediterania.

"Pada lumba-lumba bergaris, lumba-lumba berhidung botol, dan paus pembunuh, laut memiliki tingkat PCB yang berlebihan," jelas Dr Paul Jepson, penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific.

"Mereka mungkin yang tertinggi di dunia saat ini. Eropa adalah hotspot besar untuk PCB, khususnya di barat Laut Mediterania, dan di sekitar Semenanjung Iberia."

Setelah penggunaannya dilarang pada tahun 1980-an, tingkat PCB yang ditemukan di lemak ikan paus menurun sampai sekitar tahun 2000, ketika konsentrasi ditemukan kembali pada mamalia laut. Penurunan populasi, terutama dari lumba-lumba berhidung botol dan paus pembunuh. PCB merupaan bahan kimia yang mempengaruhi kemampuan mamalia untuk bereproduksi, sementara juga menekan sistem kekebalan tubuh mereka.