Myanmar dan Perdagangan Ilegal Trenggiling

By , Sabtu, 30 Januari 2016 | 13:00 WIB

Sebuah Penelitian terbaru dari TRAFFIC, sebuah lembaga pengawasan dalam perdagangan satwa liar, melaporkan bahwa adanya jumlah yang mengejutkan pada angka perdagangan trenggiling di Myanmar.

Trenggiling mungkin mamalia yang peling sering diperdagangkan di dunia, dengan lebih dari satu juta dari keberadaan satwa ini diperdagangkan secara ilegal dalam beberapa dekade terakhir ini. Keberadaan dari hewan pemakan semut bersisik ini seakan-akan diserang dari segala sisi, mulai dari habitat mereka yang menghilang, dikejar oleh para pemburu untuk memanfaatkan daging, kulit serta sisik dari hewan ini.

Hewan-hewan malang ini sering sekali berakhir di Cina atau Vietnam, negara yang menggunakan sisik mereka sebagai salah satu pengobatan tradisional untuk berbagai macam penyakit, mulai dari rematik, impotensi hingga kanker, dan daging mereka juga dikenal sebagai daging yang lezat untuk disantap.

Trenggiling-trenggiling ini sering diselundupkan dalam jumlah yang fantastis. Pada bulan Oktober 2015, petugas bea cukai di China Selatan, Provinsi Guangdong menyita hasil tangkapan besar trenggiling yakni sebanyak 414 kotak dengan berisi 2764 bangkai trenggiling beku.

Penelitian TRAFFIC memfokuskan pada daerah Mong La, yang merupakan bagian dari zona perkembangan khusus dan berada di perbatasan Provinsi Yunnan, China. Para penyelundup memanfaatkan wilayah Mong La dengan kelemahan hukumnya untuk menyelundupkan dan melakukan perdagangan spesies-spesies langka seperti gajah, harimau, beruang, antelop Tibet, macan tutul, trenggiling dan menjadi pasar perdagangan satwa liar terbesar di Asia.Myanmar merupakan pusat trenggiling. Tiga dari empat spesies trenggiling Asia berasal dari Myanmar. Krisis trenggiling yang terancam punah ditemukan di bagian timur dari negara Cina sedangkan trenggiling India yang terancam punah berada di bagian barat India. Sementara ini TRAFFIC belum mampu memperoleh data perusahaan mengenai asal usul perdagangan trenggiling , namun perdagangan di Mong La kemungkinan berhubungan dengan perdagangan kulit dan sisik trenggiling yang asli dari Myanmar. Pada bulan Maret 2015, peneliti TRAFFIC menemukan 18 buah tas sisik dan 13 terbuat dari seluruh kulit trenggiling.

Myanmar adalah pintu gerbang ke China. Ini adalah pengubung yang signifikan untuk perdagangan trenggiling ilegal berkat posisi geografis dan pemerintahan yang lemah.

Penyelundup menggunakannya sebagai tempat transit utama untuk trenggiling yang datang tidak hanya dari Myanmar tetapi juga dari negara-negara tetangga dan mungkin Afrika. Selama periode lima tahun 2010-2014, pihak berwenang di Myanmar dan negara-negara tetangga menyita £ 9.566 (4.339 kg) sisik trenggiling dan 518 dalam keadaan utuh sehingga jika ditotalkan menjadi 7.109 trenggiling yang melibatkan Myanmar sebagai sumber atau zona transit perdagangan ilegal.

Skala perdagangan trenggiling ilegal telah meningkat dari waktu ke waktu. Peneliti mengamati jumlah kecil pada perdagangan sisik trenggiling dan trenggiling pada tahun 2006, tetapi jumlah perdagangan ilegal ini telah meningkat baru-baru ini.