Arief Yahya mendatangi delegasi dan media dari Indonesia dengan wajah semringah. Usai malam pembukaan ASEAN Tourism Forum 2016 di Philippines International Convention Center, Pasay City, Manila, Filipina, Rabu (20/1), Arief meluangkan waktu berbincang.
Ia mengabarkan bahwa dalam pertemuan tingkat menteri ASEAN, para negara anggota telah menyepakati untuk mengusung destinasi tunggal dalam memajukan industri pariwisata di tingkat regional. Sepuluh negara anggota menyadari bahwa persaingan dunia kini tidak lagi antar-negara, "yang kita hadapi saat ini adalah persaingan antar-regional," kata Arief.
ASEAN menyadari, pariwisata akan menjadi tumpuan dalam menggerakan ekonomi di masa depan. Hal ini dinyatakan dengan gamblang oleh Presiden Filipina Benigno S. Aquino III dalam malam pembukaan ATF. "Angkanya sangat jelas. Kawasan ini menyimpan potensi yang besar di bidang pariwisata. Tahun 2014 angka kunjungan wisatawan di ASEAN mencapai 105,1 juta orang. Angka ini naik 42,4 persen dibandingkan pada tahun 2010."
Lebih jauh, Presiden Benigno memaparkan, dari 105,1 juta orang terdapat 49,22 juta turis yang berasal dari negara-negara ASEAN itu sendiri. Keinginan berkunjung warga ASEAN ke negara tetangganya merupakan potensi untuk memacu pertumbuhan pariwisata di dalam wilayah ASEAN.
Dengan pemaparan angka tadi, negara ASEAN sepakat industri pariwisata dapat menyejahterakan warganya, terlebih lagi dengan keunggulan yang dimiliki, seperti budaya, seni, dan alam. Dalam kesempatan ini, penekanan destinasi tunggal itu diikuti dengan kata berkelanjutan, baik di bidang lingkungan, manusia, maupun ekonomi.
Arief Yahya pun bersepakat soal semangat destinasi tunggal yang berkelanjutan ini. Kata Arief, pengembangan pariwisata harus memerhatikan tiga hal, yaitu ekonomi, lingkungan, dan komunitas. Ketika suatu destinasi dikembangkan, faktor masyarakat harus betul-betul diperhatikan. Pariwisata pun harus selaras dengan lingkungan. Apabila kedua faktor tadi telah berjalan sesuai, maka ekonomi akan berjalan dengan sendirinya, dan mampu menyejahterakan warganya.
Arief juga menekankan bahwa destinasi tunggal ASEAN akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Alasannya, Indonesia memiliki sekitar 222 destinasi unggulan di bandingkan beberapa negara Asean lainnya.
"Angka kedatangan wisatawan asing ke Indonesia masih kecil sekitar 10 juta orang per tahun dibandingkan Malaysia yang mencapai 27 juta orang per tahun. Harapannya, adanya satu destinasi bersama ini Indonesia mendapatkan dampak dari kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN lainnya. Promosi juga lebih mudah karena bersama dan bisa dilakukan di negara ASEAN," kata Arief.
Indonesia, lanjut Arief, mengunggulkan Festival Dana Toba, Festival Bunga Banyuwangi, Festival Jember, Pesta Kesenian Bali, dan Festival Tari di Soli, menjadi lima destinasi unggulan dalam promosi ASEAN dan tentunya ini didukung 44 anggota ASITA Indonesia. Karenanya, Arief berharap ini bisa menjadi langkah baik untuk Indonesia juga berbenah diri mulai dari atraksi, akses, dan amenitas (fasilitas).