Dapatkah memakan blackcurrant mengurangi risiko diabetes pada orang dengan kelebihan berat badan? Itulah yang menjadi pemikiran dasar di balik uji klinis baru-baru ini yang akan dilakukan oleh University of Aberdeen.
Para peneliti percaya bahwa antioksidan dalam buah ini dapat mempengaruhi tubuh dalam memecahkan karbohidrat dan gula serta mengurangi jumlah gula yang akan berakhir di dalam aliran darah setelah kita makan.
Jika kadar gula darah terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan tekanan pada pankreas dan mencegah pelepasan insulin secara normal. Sebanyak enam belas orang akan diminta untuk mengonsumsi 200 gram blackcurrant atau 'placebo' dengan dan tanpa makanan yang mengandung karbohidrat dan kemudian akan membandingkan gula darah mereka.
Selain memangkas berapa banyak makanan yang diserap oleh tubuh, penurunan berat badan dapat mengurangi keinginan untuk mengonsumsi gula secara berlebihan, menurut para peneliti di Amerika Serikat.
Para peneliti juga membandingkan aktivitas otak pada tikus yang memakan makanan yang bergula dan beberapa tikus lain telah melakukan bypass surgery, sebuah teknik yang digunakan pada pasien obesitas untuk mengurangi ukuran perut dan mengalihkan makanan ke usus untuk mencegahnya diserap.
Kemudian tikus normal tetap memakan makanan bergula walaupun mereka baru saja makan, namun untuk tikus yang sudah dioperasi tidak menyentuhnya. Scan menunjukkan bahwa otak mereka (tikus dengan bypass surgery) tidak melepaskan dopamin kimia ketika melihat makanan tersebut yang pada normalnya akan mendorong mereka untuk memakannya.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini dapat membantu dalam mengembangkan obat yang dapat mengirimkan sinyal ke otak untuk mengurangi keinginan memakan makanan yang bergula pada pasien obesitas .
Statin yang memiliki tugas untuk memotong kolesterol juga dapat meringankan gejala paru-paru kronis dan membantu pasien untuk hidup lebih lama.
Para peneliti Cina menganalisis hasil penelitian yang diperoleh dari hampir dari seperempat juta yang menderika penyakit paru-paru obstruktif kronik / chronic obstructive pulmonary disease (COPD) merupakan kumpulan penyakit paru-paru termasuk bronkitis kronis dan emfisema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi statin 52 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena penyakit paru-paru merek dan sebanyak 36 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat inap untuk gejala-gejala penyakitnya, menurut sebuah jurnal dari Scientific Reports.Diperkirakan pula bahwa statin membantu mengurangi peradangan yang merupakan faktor utama dalam gejala COPD.