Tumpahan Minyak Exxon Valdez Menghancurkan Populasi Paus Pembunuh

By , Kamis, 28 Januari 2016 | 14:00 WIB

Setelah 26 tahun sejak Exxon Valdez Supertanker menabrak terumbu karang dan melepaskan hampir 11 juta galon minyak mentah dan menghancurkan ratusan ribu hewan, mulai dari berang-berang laut, elang botak di dalam dan sekitar Alaska's Prince William Sound.

Mungkin kalian berpikir bahwa hampir selama tiga dekade adalah waktu yang cukup lama untuk satwa liar kembali pulih, namun beberapa populasi membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain. Sebut saja paus pembunuh, atau yang dikenal juga sebagai paus Orca.

Ada beberapa subjek di dalam investigasi dokumentasi National Geographic yang di produksi oleh reporter JJ Kelley menjelajahi efek dari Exxon Valdez pada hewan yang sangat cerdas ini. Dua jenis Orca terperangkap langsung di dalam tumpahan minyak tersebut. Satu jenis yang disebut juga sebagai resident orca kehilangan 14 dari 36 anggotanya setelah tumpahan tersebut. Orca pemakan ikan ini masih belum pulih dan keadaan lebih buruk terjadi pada orca transients yang memakan anjing laut dan mamalia laut lainnya yang hidup dengan gelombang suara.

Sebelum terjadinya tumpahan, paus ini berjumlah 22 ekor. Sembilan dari mereka hilang dan diperkirakan tewas, kemungkinan besar disebabkan karena mereka telah menelan atau menghirup minyak mentah. Enam paus lainnya hilang dan untuk paus jenis transients hanya tersisa tujuh ekor. Tidak ada satu ekor paus pun yang terlahir sejak tumpahan minyak itu, dan dua betina yang tersisa sudah berusia terlalu tua untuk bereproduksi. Paus ini akan segera mati.

Kepunahan paus ini akan berarti hilangnya populasi yang tidak hanya memiliki gen tersendiri dan bahasa mereka sendiri. Paus pembunuh ini merupakan spesies mamalia laut yang terbesar dan satu-satunya predator yang paling cerdas. Rasio otak hingga berat badan mereka merupakan ukuran kecerdasan untuk para ilmuwan, yang mirip dengan simpanse.

Para ilmuan masih belum mengetahui mengapa paus transient masih belum bisa bereproduksi , namun mereka mempunyai beberapa ide mengenai hal tersebut. Hal ini tejadi bisa saja karena adanya gangguan sosial dari bencana, atau kemungkinan lain disebabkan karena banyaknya anjing laut yang merupakan makanan utama paus ini yang mati karena tumpahan minyak tersebut, menurut laporan dari pemerintah setempat.

Atau kemungkinan lainnya yang tidak berkaitan dengan bencana Exxon Valdez, yakni bahan kimia yang tercemar di udara dari Cina dan Asia Tenggara juga dapat menyebabkan masalah reproduksi. Pestisida DDT dan PCB adalah sebuah senyawa kimia industri yang sudah ditemukan di dalam lemak paus Orca.

Namun, bukan berarti kandungan minyak dari tumpahan minyak tersebut sudah hilang. Dengan menyelupkan sebuah kain yang dapat menyerap minyak ke dalam tanah pada sebuah pantai, Kelley dan rekannya mengkonfirmasi bahwa substansi tersebut masih ada.

Mereka menemukan sebuah wilayah berminyak crustaceans terjebak di bawah sebuah batu yang dekat dengan wilayah ribuan ikan pink salmon berenang.

The Chugach transcients Orca memang tidak memakan ikan tersebut, namun resident courterparts orca memakannya. "Ada sebuah sistem disana yang dijadikan oleh hewan ini sebagai tempat bergantung," kata Craig Matkin, seorang direktur eksekutif dari North Gulf Oceanic Society,"dan jika kita ingin memiliki hewan ini disekitar kita, kita harus melindungi sistem ini."

Tidak hanya paus pembunuh yang terkena dampak dari musibah Exxon Valdez . Pada tahun 2010, para pemerintah menganggap hanya ada sekitar setengah populasi satwa liar di dalam Prince William Sound yang sudah pulih.