Planet Jupiter, Neptunus dan Uranus semuanya memiliki cincin samar di sekeliling mereka.
Cincin milik Saturnus lebih menonjol. Saturnus memiliki beberapa cincin yang terdiri dari es dan debu partikel, dengan diameter gabungan sekitar 270.000 km. Cincin ini sangat tipis dan karena itu sangat sulit untuk melihatnya dari Bumi.
Cincin yang terbesar dan paling terang—dijuluki “cincin B”—tampak hampir buram. Cincin itu juga sering tampak gelap dalam gambar yang diambil dari pesawat luar angkasa.
Dalam upaya untuk menimbang cincin B Saturnus untuk pertama kalinya, para ilmuwan telah menemukan bahwa bagian-bagian itu tidak memiliki banyak massa seperti yang diharapkan. Tim menemukan bahwa daerah yang lebih buram dari cincin merupakan bagian yang lebih ringan.
Ini adalah penemuan yang mengejutkan, karena cincin B Saturnus tidak sama di seluruhnya, beberapa bagian tampak lebih jelas daripada yang lain.
Air kotor, misalnya, lebih berat dari air bersih, karena mengandung partikel lumpur yang lebih berat dari molekul air. Tidak demikian halnya bagi Saturnus.
Cincin B juga memiliki massa lebih sedikit dari yang diperkirakan. Meskipun bagian cincin 10 kali lebih padat daripada cincin A Saturnus, tapi hanya dua atau tiga kali lebih berat.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal Icarus. Untuk memahami massa cincin B, para ilmuwan menganalisis materi cincin yang disebut “gelombang kepadatan spiral". Ini adalah bagian kecil dari cincin yang terbentuk karena gravitasi yang menarik mereka.
Masing-masing gelombang ini memiliki struktur yang ditentukan oleh massa mereka, sehingga mengetahui struktur memungkinkan tim untuk menentukan massa, "menimbang" mereka.
Tim menemukan bahwa "kepadatan massa permukaan" cincin B itu antara 40 dan 140g/cm persegi. Secara kasar, itu setara dengan berat pisang per cm persegi.
"Saat ini belum jelas bagaimana daerah dengan jumlah material yang sama dapat memiliki kekeruhan yang berbeda," kata Matthew Hedman, penulis utama studi dari Universitas Idaho.
"Ini bisa sesuatu yang berhubungan dengan ukuran atau kepadatan partikel, atau bisa ada hubungannya dengan struktur cincin."
Memahami lebih lanjut tentang cincin Saturnus bisa membantu menentukan umurnya. Itu karena cincin yang lebih kecil akan menarik debu kosmik lebih cepat.
“Dengan menimbang inti dari cincin B untuk pertama kali, studi ini membuat langkah berarti dalam pencarian kita untuk memecahkan misteri usia dan asal-usul cincin Saturnus,” ujar Linda Spilker, dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California, AS.
"Cincin begitu megah dan menakjubkan, tidak mungkin bagi kita untuk tak mengungkap misteri bagaimana asal mula mereka terbentuk."