Penggunaan Antiperspirant dan Deodoran Hasilkan Ragam Bakteri di Ketiak

By , Senin, 8 Februari 2016 | 14:00 WIB

Sulit untuk menjaga teman-teman di sekitar tetap nyaman ketika Anda berbau, sehingga sebagian besar dari kita memakai antiperspiran atau deodoran untuk menekan aroma alami yang ofensif. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan minggu ini dalam jurnal PeerJ, produk-produk perawatan pribadi ini ternyata telah mengubah populasi bakteri yang hidup di ketiak kita.

Ada banyak bakteri di tempat yang lembab, termasuk ketiak Anda. Masuk akal bahwa deodoran akan mempengaruhi mereka, ketika bakteri memecah keringat, mereka menciptakan senyawa bau yang disebut thioalcohols. Deodoran dan antiperspirant bekerja dengan mengurangi jumlah keringat yang meninggalkan pori-pori serta jumlah bakteri di sana untuk memecah keringat itu. Namun para peneliti tidak tahu apakah produk ini bisa memiliki dampak yang langgeng pada mikrobiom, dan apakah mereka menargetkan beberapa jenis bakteri lebih dari yang lain.

Pada studi baru ini, para peneliti membagi 18 peserta menjadi tiga kelompok: mereka yang secara teratur menggunakan antiperspirant, mereka yang menggunakan deodoran, dan mereka yang tidak menggunakan produk apapun (para peneliti membedakan antiperspiran dan deodoran karena bahan aktif pada keduanya).

Pada hari pertama dari delapan hari studi, para peserta melanjutkan rutinitas khas mereka. Untuk hari kedua hingga hari ke enam, mereka semua berhenti menggunakan produk tersebut. Kemudian, pada dua hari terakhir, semua peserta menggunakan produk antiperspiran / deodoran dari peneliti. Setiap hari, para peneliti mengambil penyeka dari kedua ketiak peserta. Mereka kemudian membudaya dan mengurutkan bakteri untuk menentukan bagaimana mikrobiota berubah selama percobaan.

Setelah hari pertama, para peneliti menemukan bahwa, di antara tiga kelompok, peserta yang menggunakan antiperspiran umumnya memiliki bakteri paling sedikit di ketiak mereka, sementara mereka yang menggunakan deodoran benar-benar memiliki julah bakteri rata-rata. Ketika semua orang berhenti menggunakan produk, semua peserta memiliki sekitar jumlah yang sama dari bakteri, menunjukkan bahwa jumlah bakteri dalam microbiome dapat beregenerasi dari waktu ke waktu. Tetapi efek produk dengan beragam mikrobiota muncul di akhir, bahkan setelah lima hari tidak menggunakan antiperspiran atau deodoran. Peserta yang terbiasa menggunakan antiperspiran atau deodoran memiliki keragaman bakteri lebih besar dalam ketiak mereka.

Bagan ini menunjukkan proporsi bakteri berbeda dari yang ditemukan dalam tiga kelompok peserta berdasarkan genera bakteri. Seperti yang Anda lihat, orang-orang yang berhenti menggunakan antiperspiran memiliki keragaman terbesar dari bakteri, tetapi tidak jelas apa artinya bagi kesehatan mereka (Julie Urban et al, PeerJ 2016)

Para peneliti tidak yakin apa semua ini berdampak pada kesehatan. Di satu sisi, keragaman mikroba yang lebih besar telah dikaitkan dengan kekebalan yang lebih baik di bagian lain dari tubuh. Tapi di sisi lain, para peserta yang tidak biasanya menggunakan produk di bawah lengan memiliki persentase lebih tinggi Corynebacteria. Bakteri yang dikenal memberikan pertahanan yang kuat terhadap patogen, menurut siaran pers. Dan karena temuan ini berasal dari sejumlah kecil peserta dengan banyak variasi di mikrobiota mereka, sulit untuk membuat kesimpulan yang pasti.

Para peneliti berharap untuk studi selanjutnya dapat lebih memahami bagaimana keragaman mikroba ketiak mempengaruhi kesehatan seseorang.