Lebih dari dua belas juta orang menyeberang dari Afrika ke Amerika sebagai budak. Sejarawan tahu banyak hal, mulai dari pelabuhan Afrika di mana mereka memulai, kapal-kapal budak yang membawa mereka ke seberang lautan, dan bangsa tujuan dari budak-budak tersebut. Tetapi mereka hanya tahu sedikit tentang asal-usul massa Afrika tersebut berawal.
Sekarang, berkat kemajuan terbaru dalam teknik genetika, para ilmuwan mengisi kesenjangan penting dari diaspora tragis bangsa Afrika.
"Ini akan mengubah pemahaman kita tentang sejarah populasi dan migrasi," kata Hannes Schroeder, seorang antropolog biologi dari Universitas Copenhagen.
Salah satu contoh, berasal dari sebuah pemakaman abad ke-17 dari pulau Karibia St Martin di sisi Belanda. Ketika arkeolog menggali situs tersebut pada tahun 2010, mereka menemukan gigi yang dikikir dari tengkorak dua pria dan seorang wanita. Tiga tengkorak tersebut diperkirakanberusia antara 25 hingga 40 tahun, ketika mereka meninggal di akhir tahun 1600-an.
Penemuan gigi yang dikikir merupakan praktek umum di sub-Sahara Afrika, itu adalah perkiraan yang baik, bahwa individu yang diperbudak di Afrika dibawa ke koloni di hari penanaman gula. Baru lima tahun yang lalu menjadi akhir dari cerita ini. Upaya mengekstrak DNA dari kerangka untuk mempelajari lebih lanjut identitas mereka hanya jadi angan, karena cuaca panas dan lembab mendegradasi materi genetik.
"Materi ini buruk untuk diawetkan," kata Schroeder. "Mereka telah diletakkan di bawah pantai Karibia selama empat ratus tahun,"tambahnya. Sebaliknya, ahli biologi pada 2012 mengurutkan seluruh genom dengan mudah dari Otzi the ice man yang meninggal di Pegunungan Alpen lima ribu tahun lalu.
Setelah beberapa bulan bekerja dengan hati-hati, tim Schroeder mampu mengekstrak DNA dari individu-individu yang ditemukan St. Martin menggunakan prosedur baru yang disebut seluruh penangkapan genom. Prosedur ini dirancang oleh Stanford University di California, sebuah teknik yang berkonsentrasi pada gen rusak, memberikan cukup bahan untuk diurutkan.
Dengan membandingkan hasil dengan database dari zaman modern Afrika, para peneliti menemukan bahwa ketiga orang tersebut datang dari berbagai belahan benua. Salah satu orang mungkin berasal dari apa yang saat ini merupakan bagian utara Kamerun, sementara lelaki lainnya dan wanita mungkin berasal di Ghana atau Nigeria selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budak, mungkin telah melakukan perjalanan di kapal yang sama, dengan campuran dari etnis yang cenderung sulit dipahami dalam berbahasa. Para ilmuwan gagal menentukan asal genom secara tepat, karena database genetik Afrika modern yang terbatas dan jauh kurang berkembang dibandingkan di Eropa.
Schroeder mengatakan bahwa jika database Afrika membaik, maka akan mudah untuk mengidentifikasi daerah asal individu yang ditangkap dan dikirim ke Amerika. "DNA kuno dari Afrika Barat, yang juga masih sangat kurang, bisa memperkuat akurasi," tambahnya.