Dengan sejumlah besar karbon dioksida, Anda bisa menguapkan seluruh air di permukaan Bumi. Meskipun mungkin tidak akan terjadi di sini, proses yang sama bisa membuat Bumi menjadi seperti planet yang tak layak huni di sekitar bintang lain.
Kita sudah mengetahui satu cara bagaimana mengeringkan Bumi atau planet sejenis lainnya: hanya menunggu. Seiring bertambahnya usia Matahari, ia akan 9 persen lebih terang setiap sejuta tahun. Peningkatan radiasi matahari akan menghangatkan Bumi, membuat uap air tercampur ke atmosfer atas.
Saat itu, molekul-molekul air akan terpapar sinar ultraviolet, yang aka memecah mereka menjadi hidrogen dan oksigen. Kemudian, kebanyakan atom-atom hidrogen ringan tersebut akan melayang ke luar angkasa. Seiring waktu, lautan Bumi akan menyusut, karena air yang hilang tak pernah digantikan.
Nasib itu berasal dari pemanasan matahari, akan tetapi, karbon dioksida memiliki cara lain untuk tujuan yang sama, menurut pendapat Max Popp dari Universitas Princeton. Ia dan timnya membuat model iklim Bumi, dan menemukan bahwa penambahan besar-besaran jumlah karbon dioksida ke atmosfer—lebih dari yang kita lakukan sekarang—juga dapat memanaskan planet hingga kehilangan air.
Iklim yang tidak stabil
Tim membuat simulasi sebuah planet yang ditutupi lautan dan sedikit lebih hangat dari Bumi. Menambahkan karbon dioksida membuat atmosfer mempertahankan panas, kemudian mengubah pola angin global dan mendorong awan ke daerah baru.
Awan-awan itu kemudian menangkap lebih banyak panas, menciptakan umpan balik untuk kelanjutan pemanasan. Membuat iklim menjadi tidak stabil. “Saat planet bertambah panas, ia membutuhkan lebih banyak energi,” ujar Popps.
Proses hanya berakhir ketika awan begitu tebal hingga mereka memblokir lebih banyak panas agar tak mencapai planet daripada yang mereka tangkap.
Pada saat itu, planet telah dihangatkan sampai suhu rata-rata sekitar 57 ?C. Suhu tersebut tak jauh berbeda dengan titik akhir bagi planet yang terpapar sinar matahari, dan cukup panas untuk kehilangan air.
Tak ada cukup karbon di Bumi
Untungnya, itu tidak akan terjadi di sini. “Anda bisa membangun teori itu di sini,” ujar James Kasting di Pennsylvania State University. “Akan tetapi, itu membutuhkan banyak karbon dioksida, dan di Bumi mungkin tidak ada cukup karbon di seluruh cadangan bahan bakar fosil untuk menghasilkannya.”
Kasting mengatakan, kehilangan air dengan cara ini lebih menjadi kekhawatiran bagi planet panas yang berada lebih dekat ke bintang mereka. Di planet tersebut, karbondioksida yang dikeluarkan oleh gunung berapi mungkin cukup untuk menjadi pemicu hilangnya air di planet itu.