Dua makalah baru di jurnal Nature telah mengeksplorasi kemungkinan untuk menghapus karbon dari atmosfer dan permukaan lautan. Mereka menunjukkan bahwa mengambil karbon dioksida dari udara akan membutuhkan kerja keras, dan ada banyak lagi yang perlu kita ketahui sebelum kita dapat melakukannya dengan aman.
Pada makalah pertama, Dr. Phil Williamson dari University of East Anglia mengusulkan metode untuk menggambar karbon di udara. "Kecuali lebih banyak upaya dilakukan untuk mengurangi emisi karbon ... kita harus mengetahui bagaimana dengan aman menghapus jumlah yang sangat besar CO2 dari atmosfer," kata Williamson dalam sebuah pernyataan.
Menurut Williamson tujuannya adalah untuk memiliki anggaran karbon global yang seimbang. Agar hal tersebut bekerja, mulai sekarang harus dipikirkan penambahan gas rumah kaca ke atmosfer dilanjutkan dengan penghapusan berikutnya.
"Pemodel Iklim memperkirakan bahwa sebanyak 600.000 juta ton dari Karbon Dioksida mungkin perlu diekstrak dari atmosfer pada tahun 2100 untuk melaksanakan tujuan utama dari perjanjian Paris," tambah Williamson. "Tapi penghapusan akan mahal, dan saat ini belum terbukti dalam skala yang dibutuhkan, sehingga akan jauh lebih baik untuk mengurangi emisi secepat mungkin."
Metode Williamson termasuk diantaranya perkebunan, membakar tanaman untuk bioenergi dan menyimpan karbon yang dihasilkan di bawah tanah atau sebagai biochar, restorasi mangrove, pengobatan kimia pada awan, dan pemupukan laut.
"Skala besar penghapusan CO2 sungguh krusial, dengan cara apapun, akan memiliki efek domino bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Mungkin ada manfaat, tapi kerusakan tampaknya lebih mungkin," kata Williamson. "Sebagai contoh, jumlah tanaman bioenergi kita perlu tumbuh hingga 580 juta hektar lahan atau setengah dari luas daratan AS, yang pada gilirannya akan mempercepat hilangnya hutan dan padang rumput alami dan berdampak pada satwa liar, sementara juga memiliki implikasi untuk keamanan makanan."
Makalah kedua mengacu pada tiga tahun ekspedisi Tara Oceans untuk memperluas pengetahuan tentang cara karbon meninggalkan lautan. "Kami mencoba memahami, 'Apakah karbon di permukaan laut tenggelam ke laut dalam ? dan jika demikian, bagaimana caranya?'" ungkap perwaakilan Ohio State University, Dr Matthew Sullivan dalam sebuah pernyataan. "Alasan yang penting adalah lautan membantu mengurangi jejak karbon kita."
Tim Tara mengurutkan genetik plankton dan mikroba dari permukaan laut dan kedalaman untuk melihat apakah spesies tertentu lebih mungkin untuk tenggelam ke kedalaman, di mana karbon dapat dengan aman disimpan untuk menyelamatkan beberapa generasi.
"Apa yang benar-benar mengejutkan adalah bahwa hanya segelintir (kurang dari 10 dari lebih dari 5.000) virus yang tampaknya secara khusus terkait dengan ekspor karbon," kata Sullivan.