Arkeolog Temukan Bukti Awal Manusia Lakukan Fermentasi Ikan

By , Kamis, 18 Februari 2016 | 20:00 WIB

Dr. Boethius dari Lund University dan rekan-rekannya menemukan sekitar 200.000 tulang ikan di Norje Sunnansund, situs pemukiman Mesolitik awal di provinsi Blekinge, Swedia.

"Situs arkeologi Norje Sunnansund diperkirakan berasal sekitar 9.600 - 8.600 tahun lalu dan terletak di sebelah tenggar Swedia, di tepi Danau Vesan kuno, di samping saluran sepanjang 2 km yang mengarah ke cekungan Baltik," jelas Dr. Boethius.

"Kami belum pernah melihat situs seperti ini, dengan begitu banyak tulang ikan yang diawetkan dengan baik, jadi ini penemuan yang sangat menakjubkan," tambahnya.

Para arkeolog juga menemukan sebuah lubang panjang yang dikelilingi oleh lubang persediaan kecil dan benar-benar penuh dengan tulang ikan.

"Itu benar-benar aneh, dan karena semua tulang ikan berada di satu di daerah, kami tahu sesuatu pernah terjadi, bahkan sebelum kami menemukannya," kata Dr. Boethius.

"Awalnya kami tidak tahu apa itu, sehingga kami menelusuri daerah tersebut untuk diselidiki."

Ia menganalisis situs beserta isinya, dan menemukan tulang ikan yang berasal dari ikan air tawar seperti cyprinids, Perca fluviatilis, Esox Lucius, Gymnocephalus cernua, Anguilla anguilla (belut Eropa), Lota lota dan spesies lainnya. Ia juga menunjukkan ikan telah difermentasi dengan cara terampil melestarikan makanan tanpa menggunakan garam.

"Proses fermentasi juga cukup kompleks," kata Dr Boethius, ia merupakan penulis dari makalah yang diterbitkan secara online dalam Jurnal Archaeological Science.

"Karena orang-orang tidak memiliki akses ke garam atau kemampuan untuk membuat wadah keramik, mereka mengasamkan ikan, misalnya dengan kulit kayu pinus dan mengoleskan minyak, dan kemudian membungkus seluruh konten dan menguburkannya di lubang tertutup dengan tanah berlumpur. Jenis fermentasi yang memerlukan iklim dingin. "

"Penemuan ini unik, karena belum pernah dilakukan sebelumnya," tambahnya.

Temuan ini penting, karena biasanya ilmuwan berpendapat bahwa orang-orang di utara menjalani hidup yang relatif berpindah, sementara orang-orang di Levant menetap untuk mulai bertani dan beternak sapi jauh lebih awal.

"Temuan ini menunjukkan bahwa orang-orang bertahan hidup dengan cara mencari makanan yang benar-benar lebih maju dari yang diasumsikan," pungkas Dr Boethius.