Great Barrier Reef di Australia tengah sekarat. Pada April lalu, peta komprehensif terbaru mengungkap bahwa hingga 93 persen karang di Great Barrier Reef di Australia menderita akibat efek pemutihan.
Tetapi, karang-karang tersebut belum mati. Untuk memonitor dan membantu pemulihan terumbu karang tersebut, Great Barrier Reef Foundation meluncurkan robot penjaga karang yang dijuluki RangerBot.
Awalnya, robot tersebut dibuat untuk menemukan dan membersihkan predator invasif yang memakan karang. Tetapi, tim ilmuwan Queensland University of Technology bersama Great Barrier Reef Foundation mengembangkannya untuk mengelola berbagai permasalahan terumbu karang di seluruh dunia, termasuk kualitas air, cakupan karang dan spesies invasif.
Direktur manajer Great Barrier Reef Foundation, Anna Marsden, mengatakan bahwa proyek ini bertujuan memberikan perlindungan terhadap terumbu karang.
“Lebih dari satu miliar penduduk Bumi bergantung pada terumbu karang untuk makanan dan mata pencaharian mereka. Merekalah yang akan paling kehilangan jika ekosistem ini hancur,” kata Marsden.
Peneliti mengatakan, robot ini sangat berbeda dengan robot laut dengan tujuan tunggal, yang bisa sangat mahal, dioperasikan secara manual, dan berdasarkan teknologi akustik.
Matthew Dunbabin, peneliti Queensland University of Technology mengatakan, RangerBot sanggup berada di bawah air hampir tiga kali lebih lama dari penyelam manusia, mengumpulkan jauh lebih banyak data, dan beroperasi di semua kondisi dan siang atau malam hari.
“Ini merupakan lompatan teknologi kuantum di robotika laut dan perlindungan terumbu. RangerBot merupakan satu-satunya robot laut otonom, terjangkau, solusi multifungsi untuk mendeteksi dan mengatasi ancaman terhadap terumbu karang secara efektif,” ujar Dunbabin.
Ia mengatakan, meskipun Great Barrier Reef merupakan kawasan terumbu karang yang paling baik pengelolaannya di dunia, karena ukuran dan kompleksitasnya, manajemen yang efektif merupakan pekerjaan yang besar dan mahal.
Great Barrier Reef Foundation telah mengikutsertakan RangerBot di Google Impact Challenge, yang membantu organisasi non-profit menciptakan teknologi untuk membantu memecahkan masalah dunia.
Tim berharap, dengan memenangkan salah satu hibah dari Google Impact Challenge, akan membantu upaya pemulihan karang, dan menjaga kawasan indah dengan keragaman spesies untuk generasi yang akan datang.