Ihwal Kelapa Sawit, Indonesia Masih Hadapi Tantangan

By , Senin, 22 Februari 2016 | 13:00 WIB

Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia masih menghadapi tantangan. Meski, sebagaimana catatan Kementerian Pertanian, pengembangan kelapa sawit saat ini sudah mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan.

Konsep pembangunan berkelanjutan bagi perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu perhatian Kementerian Pertanian. Informasi dari laman ditjenbun.pertanian.go.id hari ini menunjukkan bahwa ada perencanaan dan realisasi kegiatan Inisiatif Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (SPOI) meliputi lima komponen strategis. Secara berurutan, kelima komponen itu adalah pertama, memperkuat pelaksanaan sertifikasi ISPO bagi pekebun terutama dalam pelaksanaan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan pelestarian lingkungan.

Kedua, memperkuat ISPO untuk pelestarian hutan, meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati dan mitigasi, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Ketiga, memfasilitasi dalam memediasi permasalahan/perselisihan dan pemberdayaannya.

Keempat, memperkuat sistem dan standar ISPO sehingga dapat diakui dan mendapat dukungan serta diterima masyarakat lebih luas. Kelima, mewujudkan platform nasional dan provinsi dalam memastikan transparansi dan mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan. (Baca : Mengintip Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan)

Strategi

Sementara itu, catatan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) 2015 di Bali pada 25 November 2015 - 27 November 2015 menunjukkan bahwa kelapa sawit adalah komoditas strategi.

Masih menurut Amran, kelapa sawit dan turunannya mencatatkan devisa bagi Indonesia rata-rata Rp 250 triliun. "Secara organisasi, industri kelapa sawit sudah kuat," tuturnya.  Pada bagian selanjutnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) yang dalam kesempatan itu menjadi penyelenggara konferensi menunjukkan bahwa sampai dengan 2014 usai, produksi minyak kelapa sawit asal Indonesia mencapai angka 31,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 21,7 juta ton yang diekspor.

Kendati begitu, pengamat lingkungan dan kehutanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora mengingatkan, kemarin, dalam rilisnya bahwa masih ada tantangan bagi Indonesia terkait kelapa sawit. Peningkatan hasil produksi kelapa sawit Indonesia membuat peluang Indonesia menjadi negara penting bagi produsen bahan baku makanan dan obat-obatan.

Konsekuensinya, negara-negara industri besar seperti Amerika Serikat dan Eropa memunyai ketergantungan terhadap Indonesia. Hitung-hitungan Ricky, peningkatan 10 persen produksi kelapa sawit Indonesia akan membuat para produsen bahan baku makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat tergantung hingga 12 persen. Lantaran itulah, Ricky menengarai, Amerika Serikat punya kecenderungan memusuhi pertumbuhan kelapa sawit Indonesia. Belum lagi, minyak kelapa sawit adalah produk favorit untuk energi terbarukan biofuel. Peran penting Indonesia terkait energi terbarukan itu pun kian menjadi keniscayaan.