Empat Miliar Orang Terdampak Kelangkaan Air

By , Minggu, 21 Februari 2016 | 11:00 WIB

Kekurangan air adalah salah satu bencana lingkungan utama yang diprediksi akan naik dalam frekuensi dan tingkat keparahan, karena iklim yang terus menghangat selama beberapa dekade mendatang. Bagi sebagian besar orang di seluruh dunia, isu ini sudah menjadi masalah yang serius. Sebuah laporan terbaru menemukan bahwa ada empat miliar orang (dua pertiga dari penduduk planet ini) yang menghadapi kelangkaan air parah selama setidaknya satu bulan dalam setahun.

Pada studi pertama, peneliti melihat ketersediaan air dari bulan ke bulan, para peneliti mampu menilai ke beberapa daerah dengan resolusi hanya 60 kilometer persegi (23 mil persegi). Dari empat miliar tersebut, orang-orang ditemukan hidup dalam kondisi kekurangan air yang parah untuk setidaknya setengah tahun, lebih dari setengahnya ditemukan hidup di India dan China. Sementara secara mengejutkan, setengah miliar orang ditemukan menghadapi kekurangan air yang parah untuk sepanjang tahun. Laporan ini menemukan bahwa ada cukup air dalam mendukung populasi global, tetapi orang-orang dan pertanian sering terkonsentrasi di daerah kecil, menggunakan lebih banyak air daripada daerah yang dapat dipertahankan.

"Tingkat air tanah yang jatuh, danau mengering, kurangnya air yang mengalir di sungai, dan pasokan air untuk industri dan petani sedang terancam," jelas Profesor Arjen Hoekstra, yang ikut menulis studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances.

"Pada penelitian ini, kami mendirikan jejak air berkelanjutan maksimum untuk setiap lokasi di bumi, dan kemudian melihat konsumsi air yang sebenarnya. Jika yang terakhir ini jauh lebih besar dari apa yang berkelanjutan, maka dapat dikatakan terdapat kelangkaan air yang parah,”tambah Hoekstra.

Jika konsumsi suatu daerah air tawar, baik itu dari akuifer bawah tanah atau sungai dan danau, ditemukan menjadi dua kali jumlah yang dimasukkan kembali ke dalam sistem melalui proses alam seperti hujan, maka itu membuat jalan ke daftar merah. Namun bukan hanya padang pasir Afrika Utara, Australia dan Timur Tengah yang beresiko, wilayah lain seperti Eropa selatan dan AS bagian timur, telah terlihat baru-baru ini mengalami kekeringan di California, dan mengalami defisit.

Sebagian air digunakan untuk pertanian, produksi daging juga menjadi sangat intensif air, diduga menggunakan 25 persen dari semua air yang digunakan secara global: Dibutuhkan lebih dari 15.000 liter untuk memproduksi satu kilogram daging sapi. Meskipun industri produksi pangan menggunakan sekitar 70-80 persen dari air yang dikonsumsi secara global, sekitar setengah dari semua makanan (sekitar 2,2 miliar ton) yang dibuang, sebelum mencapai piring makan kita.

Kelangkaan air telah dinilai oleh World Economic Forum sebagai salah satu dari tiga risiko global terbesar, bersama perubahan iklim dan migrasi massal. Penemuan ini menunjukkan bahwa situasi ini bahkan lebih buruk daripada yang telah diterima sebelumnya, dan bahwa jika penggunaan berkelanjutan saat ini akan menjadi jauh lebih buruk, hanya menambah urgensi untuk mengatasi masalah tersebut.

Para peneliti mengatakan bahwa harus ada batas terhadap penggunaan air dari Daerah Aliran Sungai (DAS), bersama peningkatan transparansi dalam banyaknya air yang digunakan untuk membuat makanan dan produk lainnya, dan mendorong peningkatan pemahaman biaya sebenarnya untuk planet ini.