Dukungan Pemerintah Terhadap Ilmu Astronomi Masih Minim

By , Jumat, 26 Februari 2016 | 11:00 WIB

Dukungan pemerintah terhadap perkembangan ilmu astronomi di Indonesia dinilai masih sangat minim, baik dari segi pendidikan maupun infrastruktur.

Selama ini, sarana dan prasarana untuk mempelajari astronomi masih terpusat di Pulau Jawa. Padahal, antusias masyarakat terhadap bidang astronomi di wilayah Timur tak kalah besar.

Di Indonesia, lembaga pendidikan formal tingkat perguruan tinggi untuk ilmu astronomi hanya ada di Institut Teknologi Bandung (ITB). Jumlah peminat jurusan yang tak sebanding dengan kapasitas sarana dan prasarana membuat persaingan untuk masuk jurusan astronomi ITB sangat ketat. 

“Kami terus terang kelabakan dengan animo masyarakat terhadap astronomi yang sangat tinggi,” ujar ahli astronomi ITB, Hakim Luthfi Malasan. Ia menambahkan bahwa sudah saatnya ada jurusan astronomi di perguruan tinggi lain di Indonesia.

(Baca juga: Astronomi, Pintu Masuk untuk Mencintai Sains)

Dari sisi infrastruktur, Hakim menilai bahwa sarana dan prasarana untuk pembelajaran dan penelitian astronomi masih jauh dari harapan. Pengembangan observatorium sebagai tempat pengamatan antariksa di Indonesia juga bisa dikatakan tak banyak mendapat bantuan dari pemerintah. Hingga detik ini, Observatorium Bosscha masih didukung oleh yayasan di Belanda.

“Bosscha masih menjadi observatorium perguruan tinggi,  yaitu milik ITB, dan nggak kunjung jadi observatorium nasional, padahal, layanannya sudah multi kampus, regional, nasional bahkan internasional,” ujar Hakim di sela-sela kegiatan Galaxy Forum 2016 (24/2).

(Baca: Galaxy Forum 2016 : Geliat Majukan Pendidikan Astronomi)

Sejauh ini, menurut Hakim, hanya ada tiga  tempat penelitian antariksa di Indonesia: Observatorium Bosscha di Lembang, dan dua Stasiun Pengamat Dirgantara milik Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) di Tanjung Sari, Sumedang dan di Watukosek, Jawa Timur.

“Kedua SPD milik LAPAN itu lebih fokus pada pengamatan matahari, sedangkan yang kita butuhkan adalah observatorium untuk astronomi secara umum,” ungkapnya.

Observatorium Bosscha masih menjadi pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Akan tetapi, Kondisi langit Lembang yang semakin terang, menjadi ancaman polusi cahaya bagi Observatorium Bosscha.

Setiap tahun polusi cahaya dari permukiman penduduk dan pusat bisnis di Lembang semakin parah, sehingga pengamatan langit pun semakin sulit dilakukan. Oleh karena itu, pembangunan Observatorium Nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur diharapkan bisa segera selesai.