Pasca pelemparan yang dilakukan oleh beberapa oknum pengunjung, para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Cibodas (KRC) memfokuskan kegiatan pada penelitian dan konservasi dibanding promosi wisata bunga bangkai.
(Baca pula 163 Tahun Kebun Raya Cibodas)
Pantauan Kompas.com pada Sabtu (20/2/2016), terlihat kegiatan mengawinkan bunga bangkai itu langsung setelah bunganya mekar, tepat pada pukul 07.00 WIB. Bunga yang bernama latin Amorphophallus titanum tidak diperlihatkan dahulu kepada pengunjung, yang akan memenuhi KRC di akhir pekan tersebut.
Salah satu peneliti LIPI khusus Bunga Bangkai setempat, Destri Zulfahmi mengatakan pihaknya tidak mau kecolongan lagi dengan kegiatan yang bisa mengancam habitat bunga langka ini.
"Kita tidak mau kecolongan kalau nanti habitatnya di kebun raya ini habis, sampai sekarang kan masih sulit masih banyak faktor-faktor pertumbuhan yang belum kita ketahui. Jadi fokus penelitian, konservasi, baru wisatanya," ujar Desti.
Desti menambahkan, beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah LIPI soal bunga bangkai adalah mengetahui umur atau masa hidup biji setelah pengawinan dan kadar nutrisi yang sesuai dengan alam liarnya.
Menurutnya hal itu sangat penting. Biasanya setelah pengawinan ada biji yang langsung disemai dan disimpan. Pihaknya ingin lebih menguasai karakter biji dan umbi Amorphophallus titanum tersebut.
(Baca juga Mengapa Serangga Tertarik pada Bunga Bangkai?)
Sebelum dikawinkan, bunga bangkai kedua yang tumbuh di KRC pada tahun 2016 ini mulai mekar pada malam sekitar pukul 19.00. Menurut Wanda pengelola kawasan di area tersebut pada waktu itu keluar bau bangkai sangat tajam.
"Baunya nyengat banget, kecium dari sini sampe 30 meteran. Sampe satu dua jam itu baru berkurang baunya," ujar Wanda, yang sedang bertugas membersihkan sekitar kebun.