Ganda Suganda, Penjaga Budaya Panjalu

By , Senin, 29 Februari 2016 | 18:00 WIB

Dari puluhan perahu yang beroperasi di Situ Lengkong, sebagian digerakkan dengan digowes pemilik perahu.

Pedagang jengkol

Meski saat ini berkhidmat sebagai seniman tradisi, Mang Ganda menyimpan kisah hidup menarik. Bapak beranak lima ini pernah mencoba menjadi tukang (pedagang) jengkol di Pasar Babatan, Kota Bandung.

”Beberapa tahun saya jadi pedagang sayuran, tapi tidak pernah mencapai harapan sesuai tuntutan keluarga,” ujar Mang Ganda yang di pasar tradisional itu terkenal sebagai tukang jengkol.

Tahun 1996, dia memutuskan pulang ke tanah kelahirannya di Panjalu. Sejak itu, dia berkembang menjadi seniman desa yang setia menjaga nilai-nilai warisan leluhur.

Keahlian utama Mang Ganda adalah melukis siluet dan membuat aneka cendera mata. Karena usia, keahlian siluet sudah diturunkan kepada kedua anak terbesarnya, sedangkan pembuatan cendera mata disebarkan kepada anggota komunitas terutama perempuan.

”Kebetulan anak-anak komunitas menganggap istri saya seperti ibu kandung mereka sehingga mereka berlatih di sini,” kata Mang Ganda.

Ia kini berkonsentrasi membuat wayang landung, yakni wayang raksasa seperti topeng badawang atau ondel-ondel Sunda. Seni rakyat itu merupakan ikon seni gelaran khas Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Berbekal dari kearifan lokal di atas, wayang landung pun dibuat dari bahan-bahan alami yang sudah tidak terpakai, seperti kayu kering di kebun rakyat atau daun pisang kering (kararas) yang dilengkapi aneka bunga. Wayang setinggi 3-4 meter ini mirip badawang, tetapi wajahnya seperti wayang dan bisa dimainkan oleh dalang seperti halnya wayang golek. Pembuatan wayang landung menambah kreasi seniman ini. (DEDI MUHTADI)