Pengamatan Gerhana Matahari harus dilakukan dengan hati-hati agar tak merusak mata. Pengamatan tanpa alat bantu hanya bisa dilakukan saat fase totalitas. Saat fase gerhana sebagian atau di wilayah yang hanya mengalami gerhana gerhana sebagian, pengamatan harus dilakukan dengan alat bantu yang berperan melindungi mata.
(Baca : Mitologi-Mitologi Gerhana di Nusantara)
Alat pengamatan yang direkomendasikan adalah kacamata gerhana. Kacamata itu memiliki film yang mampu menyaring sinar matahari yang masuk. Beberapa mungkin bertanya, mengapa tak memakai kacamata hitam (sunglasses) saja? Bukankah sama-sama hitam?
Astronom amatir dan pembina Jogja Astro Club mengatakan, kacamata hitam memang mampu menyaring cahaya matahari. Namun, jumlah cahaya matahari yang tersaring tidak cukup besar sehingga masih berbahaya bagi mata.
Mutoha kepada Kompas.com, Rabu (2/3/2016) mengatakan, "Agar aman, jumlah cahaya matahari yang diterima harus sepersepuluh ribu dari cahaya yang masuk ke bumi. Kacamata hitam hanya bisa menyaring maksimal seperseribunya. Jadi, belum cukup aman untuk mata."
(Baca pula : Seperti Inilah Langit Indonesia Saat Gerhana Matahari Total Minggu Depan)
Kacamata gerhana dengan filternya merupakan salah satu alat yang memenuhi syarat. Filter pada kacamata tersebut memenuhi syarat. Spesifikasi filter itu disebut ND 5, artinya mampu menyaring hingga sepersepuluh ribu cahaya matahari. Filter lain yang mampu menyaring hingga sejumlah itu adalah filter yang biasa digunakan untuk las dengan kode 14 dan filter black polymer.
Selain tidak menggunakan kacamata hitam, Mutoha mengingatkan bahwa pengamatan juga tak bisa dengan kaca film. Sebabnya, dengan menggunakan kaca film, cahaya matahari yang diterima mata masih 10 persen, cukup besar dan bisa merusak mata.