Pertamina Komitmen Bangun PLTS 1.000 MW dalam Lima Tahun ke Depan

By , Kamis, 10 Maret 2016 | 12:00 WIB

Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, PT Pertamina (Persero) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas mencapai 1.000 megawatt (MW). (Baca : Program Indonesia Terang akan Manfaatkan Energi Terbarukan)

“Pertamina siap untuk mengembangkan program 1.000 MW berbasis energi baru terbarukan dalam lima tahun ke depan,” tutur Direkur Utama Pertamina Dwi Soetjipto melalui keterangan tertulis kepada redaksi KOMPAS.com, Minggu (6/3/2016). 

Dwi menuturkan, saat ini Pertamina diidentikkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi (migas).  Akan tetapi, untuk jangka panjang Pertamina tidak bisa lagi mempertahankan kakhasan tersebut. 

“Masa depan energi bukanlah migas, melainkan energi baru terbarukan. Karena itu, Pertamina akan serius mengembangkan energi baru terbarukan,” imbuh mantan bos Semen Indonesia itu.

Dalam waktu dekat, Pertamina akan menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk membangun PLTS berkapasitas 50 MW di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain itu, Pertamina juga akan bekerjasama dengan PT EMI untuk melakukan audit energi. 

Adapun hasil audit energi ini akan menjadi baseline program konservasi Pertamina ke depan dalam mengelola energi lebih efisien. (Baca pula : PT Pertamina EP Sukses Raih Dua PROPER Emas)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, komitmen Pertamina tersebut merupakan dukungan terhadap Program Indonesia Terang (PIT) yang digagas pemerintah. 

“Komitmen Pertamina ini akan sangat membantu untuk memperkuat usaha membangun energi baru terbarukan di wilayah-wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur yang masih banyak belum mendapatkan listrik dan terisolir,” kata Sudirman. 

Program Indonesia Terang (PIT) merupakan bagian dari target pemerintah dalam menyediakan akses penerangan bagi masyarakat Indonesia secara merata melalui pembangunan pembangkit 35.000 MW. 

“Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus kepada masyarakat di desa-desa tertinggal supaya mereka dapat segera terlayani listrik,” kata Sudirman. 

Tanpa kebijakan dan aksi berpihak, desa-desa tersebut mustahil bisa mengakses listrik sesuai target yang dicanangkan, jelas Sudirman. (Baca pula : Mengulik Sejarah Geothermal di Indonesia)

Dia menjelaskan lebih jauh, strategi dalam implementasi PIT adalah memaksimalkan pemanfaatan energi setempat yang erat kaitannya dengan energi terbarukan, seperti energi surya, air, angin, biomassa, hingga arus laut. 

Dengan memanfaatkan energi setempat, pembangunan pembangkit dan transmisi listrik dapat dibangun secara lokal (off-grid), berbasis desa atau pulau, dan tak harus menunggu datangnya jaringan listrik dari pusat.