Tim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bersiap mengungkap rahasia korona matahari dengan memanfaatkan Gerhana Matahari total pada Rabu (9/3/2016).
Senin (7/3/3016), sejumlah 7 orang peneliti LAPAN berkumpul di alun-alun Maba, Halmahera Timur, dan menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pengamatan.
"Kita sekarang set alatnya. Ini perlu agar kita bisa menyesuaikan kemiringannya, ketinggiannya, dan kestabilannya nanti untuk pengamatan. Besok kita akan mulai simulasi," kata Emmanuel Sungging Mumpuni, pimpinan tim penelitian gerhana LAPAN di Maba.
LAPAN menyiapkan satu set spektograf khusus untuk mendukung misi pengamatannya. Alat itu akan bekerja mengurai cahaya korona matahari dan mengungkap komposisinya. Ibaratnya, seperti mengurai komposisi pelangi.
Sungging menuturkan, "Kita ingin mengetahui penyusun korona. Ion-ionnya apa saja. Itu sudah diketahui memang tetapi kita ingin tahu sejauh mana memengaruhi aktivitas matahari."
LAPAN juga hendak mengungkap tentang unsur logam yang tak biasa. Unsur logam itu tidak bisa dijumpai di bumi sehingga disebut garis terlarang. "Itu hanya mungkin diungkap saat gerhana," kata Sungging.
LAPAN melakukan riset bersama dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Gerhana Matahari kali ini. Namun demikian, kedua lembaga punya fokus yang berbeda. "NASA lebih fokus pada soal kecepatan dan temperatur korona, pada elektron," jelas Sungging.
Maba di Halmahera Timur menjadi salah satu titik penelitian favorit dalam pengamatan Gerhana Matahari total 2016. Selain dari LAPAN dan NASA, tim peneliti dari Perancis juga datang khusus ke Maba untuk meriset.
Maba menjadi kota di dunia yang akan mengalami Gerhana Matahari total terlama tahun ini, 3 menit 17 detik. Di Maba, Gerhana Matahari total akan terjadi Rabu lusa mulai pukul 9.50 WIT.