Menjamin Keberadaan Hutan Penting untuk Mengurangi Gas Karbondioksida

By , Kamis, 10 Maret 2016 | 16:00 WIB

Borneo Orangutan Survival Fondation adalah sebuah lembaga non-profit yang didirikan oleh Dr Willie Smith pada tahun 1991 dan didedikasikan untuk konservasi orangutan Borneo dan habitatnya, bekerja sama dengan masyarakat setempat. Pengauditan BOSF dilakukan oleh perusahaan audit multinasional dan dijalankan di bawah pengurusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia untuk menjaga dan merehabilitasi orangutan.

Agar 'terwujudunya kelestarian orangutan Borneo dan habitatnya', tentu dibutuhkan bantuan dan peran serta dari masyarakat. Sertifkasi yang memiiki tujuan untuk menjaga dan menjamin hutan tetap ada, BSOF tentu ikut mendukung adanya sertifikasi.

Menurut Dr. Ir. Jamartin Sihite , CEO dari BSOF terdapat beberapa kendala yang membuat proses sertifikasi melamban hingga 20 tahun. Kendala pertama ialah dalam hal sinkronsiasi, sinkronisasi antara pemerintah dan pihak-pihak LSM.

Bapak Jamartin mengatakan, sudah banyak teman-teman dari LSM seperti LEI dan lainnya yang memiliki tujuan yang sama untuk menjamin hutan agar tetap ada melalui sertifikasi dan ekolabel, namun mengapa masih saja sulit untuk meluangkan sedikit waktu untuk duduk berdiskusi berasama mengenai hal ini.

Selain itu, terdapat pula masla dalam ketaatan yang juga menjadi kendala sertifikasi di tengah jalan. Ketaatan pada peraturan untuk memperoeh sertifikasi juga sudah menjadi awal permasalahan sulitnya sertifikasi dilakukan hingga genap 20 tahun.

"Kembali pada perubahan mindset, itulah yang kami usaha bangun bersama oleh teman-teman NGO dan pemerintah serta penggerak sertifikasi, bahwa ada instrumen pasar dan policy yang harus digerakkan. Jika kedua instrumen tersebut sudah sinergis, maka perubahan mindset itu akan terbentuk," tegas Bapak Jamartin.

Sebagai salah satu LSM, BSOF tentu saja akan melihat , memantau dan membantu perkembangan sisterm sertifikasi untuk mencapai hutan yang lestari, karena kita semua butuh hutan. Sudah jelas hutan memiliki manfaat yang besar bagi hidup kita.

"Bicara tentang perubahan iklim, apakah ada teknologi yang dapat menyerap karbondioksida? tidak ada kecuali tanaman. Jika kita ingin mengurangi karbondioksida di dunia ini kita harus tetap menjamin keberadaan hutan tetap ada," tutup Bapak Jamartin.