Reptil ini bernama Teyujagua paradoxa, hidup setelah kepunahan massal Permo-Triassic yang terjadi 252 juta tahun lalu. Kepunahan ini melenyapkan hampir 90% spesies reptil ini. Sisa dari mereka hidup, kemudian mati karena intensnya letusan gunung berapi raksasa di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Siberia.
(Baca : Ahli Paleontologi Tentukan Ukuran Dinosaur Cretaceous Langka)
Fosil Teyujagua paradoxa hasil penelitian ini adalah pengecualian, karena ditemukan di sebuah Triassic rock exposure dekat kota São Francisco de Assis.
Anatominya gabungan antara reptil primitif dan kelompok reptil yang disebut Archosauriforms.
“Dinosaurus, buaya, burungm ptesaurus, dan kerabat dekat mereka, semua terkait dengan sekelompok Archosauriformes, suatu ragam kelompok yang mendominasi fauna tetrapod terestrial di seluruh dunia selama hampir Era Mesozoikum, dan memainkan peran penting dalam biota modern, dengan burung comprising around a third of extant tetrapod biodiversity,” papar Dr. Pinheiro dan rekan-rekannya dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.
“Kami mendeskripsikan pengecualian fosil hasil pengawetan alami dari periode Trias di Brazil ini sebagai spesies baru. Teyujagua paradoxa berubah secara morfologi dari archosauriforms dan reptil primitif lainnya.”
(Baca pula : Nanotyrannus Mungkin Lebih Menakutkan Daripada T.rex)
Teyujagua paradoxa berukuran kecil, reptil berkaki empat. Spesies ini tumbuh hingga sepanjang 5 kaki (1,5 m) dan hidup di pinggiran danau dan sungai, memburu amfibi dan procolophonid (reptil kecil seperti kadal).
“Teyujagua paradoxa merupakan penemuan yang sangat penting, karena ia membantu kita dalam memahami asal mula dari archosauriforms,” pungkas rekan penulis, Dr. Richard Butler dari Universitas Birmingham, Inggris.