Ada bisnis baru di kawasan 25A di kota Lilongwe, Malawi dewasa ini yaitu, menjual air seni manusia yang digunakan untuk pupuk tanaman. Tiap hari orang membawa ember berisi air seni ke pasar.
Modesta Kamoto berusia 75 tahun mengatakan, ia membelanjakan uangnya untuk membiayai sekolah dan makanan, sabun dan seragam sekolah untuk 10 cucunya yang yatim-piatu. Ia mengumpulkan air kencing tiap pagi dari wadah plastik yang digunakan keluarganya untuk membuang air kecil. Lalu ia menjualnya ke proyek “Urine for Wealth” atau “Air Seni untuk Menjadi Kaya”.
Air seni telah menjadi pupuk alami selama ribuan tahun, meskipun itu bukan fakta yang diketahui secara luas pada abad sekarang. Ahli pertanian Malawi, Goodfellow Phiri memulai proyek “Air Seni untuk Menjadi Kaya” itu 9 tahun lalu sebagai inisiatif keluarga kecil. Proyek itu tumbuh menjadi bisnis yang berkembang. Proyek ini adalah salah satu dari enam finalis pada Penghargaan Inovasi Sosial HIVOS di Amsterdam tahun 2014.
“Kami membeli kontainer kapasitas 20 liter seharga seribu Kwacha atau satu dolar 40 sen dan kontainer kapasitas 5 liter seharga 41 sen dolar. Sewaktu kami memrosesnya menjadi pupuk, kami menjualnya kepada petani. Untuk dua puluh liter pupuk, kami menjual 3.000 Kwacha atau 4 dolar dan untuk yang 5 liter dijual seribu Kwacha atau satu dolar 40 sen,” kata Phiri.
Ia membeli sampai 200 liter setiap hari. Phiri menyimpan air seni itu di dalam wadah kedap udara selama tujuh hari. Proses itu membunuh kuman dan bau, dan membuat cairan itu kaya nitrogen. Dia kadang-kadang menambahkan serai untuk menghilangkan bau pesing, tetapi mengatakan sebenarnya tambahan itu tidak benar-benar diperlukan.
Petani mengatakan, pupuk air kencing ini lebih murah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan pupuk dari bahan kimia.
Proyek “Air Seni untuk Menjadi Kaya” itu sekarang telah mendirikan sebuah pabrik pengolahan urin di pasar utama di kawasan 25A dengan pendanaan dari 2 LSM lingkungan. Orang dianjurkan untuk membuang air kecil di tempat kencing khusus. Proyek ini juga memungkinkan para perempuan menjual pupuk komposit yang mereka buat dengan mencampur air seni manusia itu dengan kotoran hewan. Seorang janda, Enelet Chadza memimpin kelompok 20 perempuan.
Perusahaan benih dan Kementerian Pertanian telah minta Urine for Wealthuntuk memproduksi pupuk bagi ladang-ladang peragaan mereka.