Ada Alasan Evolusi di Balik Rasa Takut Manusia Terhadap Gelap

By , Jumat, 18 Maret 2016 | 08:00 WIB

Ketika masih kanak-kanak, hampir semua dari kita mengalami masa-masa ‘takut akan gelap’. Saat itu dalam beberapa hal kita memang lebih berani menghadapi sesuatu yang kita waspadai saat dewasa, tapi ada suatu hal tentang kegelapan yang membuat kita ketakutan setiap malam. Sebab, saat gelap monster keluar dari persembunyiannya! Kira-kira seperti itulah imajinasi kita.

Meskipun itu kedengarannya seperti hal yang kekanak-kanakan untuk dipercaya, ketakutan kita akan gelap merupakan sifat evolusi yang kita untuk bertahan dari predator yang menguntit kita di kehidupan nyata. Peneliti telah membuat hipotesis bahwa ketakutan bawaan ini berasal dari titik sejarah manusia yang saat ini menjadi predator puncak. Manusia baru benar-benar menjadi super predator dengan teknologi canggih.

Baca juga: Fisikawan: Manusia Mungkin Akan Bertemu Alien Akhir Abad Ini

Sebelum menguasai teknologi canggih, nenek moyang kita selalu berjaga-jaga terhadap predator yang ingin memangsa manusia. Kebanyakan predator berburu pada malam hari—waktu ketika kita sangat rentan terhadap serangan karena pengelihatan kita yang relatif buruk.

Ini berarti sangat penting bagi nenek moyang kita untuk tetap aman di tengah malam. Jika tidak, mereka akan mati. Selama bertahun-tahun, rasa takut akan kegelapan malam masih menjadi insting. Hingga saat ini, kita masih mengalami ketakutan itu dalam bentuk kecemasan ringan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Toronto di Kanada pada 2012 mengklaim bahwa kegelisahan ini bukan berupa reaksi panik yang meledak-ledak. Sebaliknya, justru berupa firasat ketakutan yang membuat kita merapat ke dinding, persis seperti apa yang nenek moyang kita butuhkan pada masa itu. Jenis kecemasan ini merupakan cara tubuh untuk tetap waspada jika seandainya kita perlu melawan atau kabur dari bahaya.

Takut pada kegelapan, pada dasarnya, merupakan ketakutan pada hal yang tak kita ketahui. Kita tidak dapat melihat dalam gelap dan itu membuat kita hampir gila karena imajinasi kita mengisi kemungkinan terburuk. Bagi manusia purba, itu singa atau predator lain, di kota besar dan bebas predator seperti saat ini, yang ada ialah monster.

Kita menciptakan monster dalam kepala untuk mengisi kekosongan predator. Contoh bagus dalam hal ini adalah bagaimana film horor bekerja. Film horor yang oke tidak pernah secara langsung menunjukkan ‘monster’-nya, karena imajinasi kita membuat sesuatu yang jauh lebih menakutkan.

Peradaban manusia telah berubah menjadi masyarakat perkotaan seperti saat ini, namun ketakutan kita akan gelap tetap ada. Hanya saja agak sedikit aneh, karena sekarang kebanyakan dari kita sebenarnya tak perlu takut gelap. Sudah ada bola lampu, layar ponsel, dan TV yang membuat kegelapan lebih pada pilihan, bukan keniscayaan.

Baca juga: Ubur-ubur Ternyata Memiliki Kemampuan Super

Meskipun secara teknis kita tidak perlu rasa takut akan gelap, tapi ketakutan itu masih ada. Sifat-sifat ini biasanya diwariskan oleh kerabat jauh kita selama berabad-abad lampau hingga tertanam dalam jiwa kita.

Jadi jika Anda sekarang atau saat masih kanak-kanak takut terhadap gelap, ingatlah bahwa pada suatu waktu di masa lalu, ketakutan itu adalah sifat bertahan hidup yang membuat sebagian besar nenek moyang kita tetap hidup. Rasa takut itu tidak membuat Anda menjadi seorang pengecut, melainkan membuat tubuh Anda lebih terbiasa terhadap ancaman dan juga untuk bertahan hidup.