Program pengembalian hutan di seluruh China berhasil.
Perusakkan hutan di China yang meluas, merata setelah beberapa dekade penebangan liar terjadi, banjir dan perubahan menuju lahan pertanian, saat ini sudah menjadi sebuah cerita pemulihan, menurut sebuah verifikasi independen pertama kali yang diterbitkan dalam Science's Advances milik peneliti dari Michigan State University (MSU) .
"Hutan di China telah pulih di tengah-tengah tantangan lingkungan yang menakutkan seperti polusi udara dan kekurangan air yang parah," kata salah satu penulis Jianguo 'Jack' Liu, Rachel Carson kepala dari Sustainability and Director of MSU's Center for System Intergration and Sustainabilitiy (CSIS). "China semakin terhubung baik dengan negara lain dalam hal sosioekonomi dan lingkungan. "Keberadaan hutan sangat penting untuk menjamin konservasi lahan dan air serta sebagai pengatur iklim. Nasib hutan di negara yang memiliki penduduk terpadat di dunia mempunyai konsekuensi global dengan jumlah yang besar dan serta perkembangan pesatnya.
Sejak pada awal abad 21, China sudah melaksanakan konservasi dan pemulihan hutan terbesar dengan wilayah hutan gundul dengan di latarbelakangi oleh Wolong China restoraton programs di dunia, Natural Forest Conservation Program (NFCP) yang melarang tindakkan penebangan hutan dan di beberapa wilayah hutan dengan memonitori kegiatan warga untuk mencegah penebangan kayu liar.
Para ilmuwan dari MSU menggunakan kombinasi uni dari data, termasuk gambaran besar tahunan dari NASA's Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) serta produk Vegetasi pohon berkelanjutan dengan penggambaran yang memiliki resolusi tinggi tersedia di dalam Google Earth. Lalu mereka mengkombinasikasn data mereka dalam jumlah yang berbeda untuk mengkorelasikan status hutan yang melaksanakan program NFCP.
Pemerintahan China sudah berpendapat bahwa program ini sedang dilaksanakn dan hutan-hutan kembali pulih, dengan sekitar 1,6 persen atau hampir mendekati 61.000 mil persegi dari wilayah China dengan pencapaian yang signifikan dalam perlindungan pohon, sementar sebanyak 0,38 persen atau 14,400 mil persegi yang mengalami kerugian.
"Hasil ini sangat positif bagi China," kata penulis Andres Vina dari MSU-CSIS. " Jika Andas melihat China terisolasi, program ini berjalan secara efektif dan memberikan kontribusi untuk menyerap karbon sesuai dengan agenda untuk mitigasi perubahan iklim. "
Di masa depan, penting kiranya untuk menghitung seberapa banyak keuntungan yang diperoleh China dan meningkatakan penyerapan karbon yang dapat diterapkan di tempat-tempat seperti Madagaskar, Vietnam dan Indonesai. Mereka adalah negara-negara yang menenbang hutan meeka untuk menjual produk ke China.
Vina mencatatkan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mendokumentasikan dampak dari penggundulan hutan dan pemulihannya di seluruh dunia. Ia juga mencatat bahwa serakah dalam sumber daya alam baik itu kayu dan produk pertanian yang tumbuh di daerah konservasi hutan bukanlah satu-satunya masalah yang terjadi di China.
"Kita semua adalah bagian dari satu masalah atau cara menyelesaikan masalah tersebut," katanya. "Kita semua membeli produk dari China, dan China tidak akan mengubah impor dan ekspor kayu mereka sepenuhnya. Yang sudah berubah ialah dimana kayu tersebut berasal."