Pemerintah Jepang menaruh perhatian atas ketegangan yang muncul antara Indonesia dan China terkait persoalan batas perairan di wilayah Natuna, Laut China Selatan. "Jepang menaruh perhatian terhadap langkah unilateral yang telah menaikkan tensi hubungan antara Indonesia dan China di Laut China Selatan," ungkap Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida, di Tokyo, Selasa (22/3/2016).
"Kami berpikir, pihak-pihak yang terkait harus mencoba menahan diri, dan mencari penyelesaian masalah melalui jalan dialog," kata dia.
Dugaan pelanggaran kapal penjaga pantai China di wilayah Indonesia mengemuka setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membeberkannya kepada media, Minggu (20/3/2016).
Menurut Susi, kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia sempat menangkap sebuah kapal China yang diduga melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (19/3/2016).
Ketika kapal patroli melakukan pengawalan terhadap kapal ikan China, muncul kapal penjaga pantai China yang mengejar dan menabrak kapal ikan "agar rusak sehingga tak dapat ditarik". Demikian penjelasan Susi.
Menanggapi hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, kapal nelayan dari negaranya menangkap ikan di tempat yang telah turun-temurun dikunjungi.
"Lokasi yang Anda sebutkan, tempat insiden berlangsung, merupakan kawasan penangkapan ikan tradisional China. Kapal nelayan China saat itu menjalankan aktivitas penangkapan seperti biasa di dalam area itu," kata Hua kepada Reuters.
Soal keberadaan kapal penjaga pantai China, Hua menyebut, kapal itu muncul untuk menyelamatkan kapal nelayan China.
"Pada 19 Maret, kapal nelayan China diserang kapal bersenjata Indonesia. Kapal penjaga pantai lalu ke sana untuk menyelamatkan tanpa memasuki perairan Indonesia," kata Hua.
"China juga segera meminta Indonesia untuk membebaskan nelayan-nelayan China itu dan menjamin keselamatan mereka," kata Hua.