Jika katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu, maka glaukoma penyebab Nomor 2. Pada 2010 saja, 3,2 juta orang di dunia menjadi buta karena glaukoma. Faktanya, tidak semua kita mengerti tentang penyakit yang merusak serabut saraf mata ini.
Glaukoma terjadi karena tekanan bola mata menjadi tinggi akibat pembentukan dan pengeluaran cairan di dalam bola mata terganggu. Cairan bola mata disebut dengan akuos humor yang diproduksi oleh organ mata .
Perlu diketahui, bahwa kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan seperti katarak. Sehingga perlu pemahaman yang benar untuk melakukan tindakan pencegahan.
Dalam Seminar Publik Deteksi Dini Glaukoma dan Penanganannya yang diselenggarakan Jakarta Eye Center Kedoya (12/3), dr. Zeiras Djamal, SpM dan dr. Emma Rusmayani, SpM menjelaskan faktor risiko dan penanganan glaukoma. Misalnya memiliki riwayat anggota keluarga yang glaukoma, tekanan bola mata tinggi, penderita myopia (minus tinggi), penderita hipermetropia (plus tinggi), pengguna stereoid jangka panjang, dan pernah mengalami trauma pada mata. Penderita diabetes melitus, hipertensi, dan migrain juga bisa diserang penyakit ini.
Untuk mengetahui seseorang terkena glaukoma atau tidak, memang tidak bisa dideteksi dengan cepat. Karena itu, kita harus melakukan pemeriksaan dini dengan screening mata glaukoma. Hal tersebut dilakukan dengan mengukur tekanan bola mata, melihat keadaan sudut bola mata, memerikasa lapang pandangan, dan memeriksa keadaa saraf mata.
Walau tidak bisa sembuh total, penanganan glaukoma tetap harus dilakukan demi mempertahankan keadaan mata agar jangan sampai mengalami kebutaan. Caranya adalah dengan mengontrol tekanan mata agar tetap aman dan kerusakan penglihatan tidak semakin berat. Intinya glaukoma tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikendalikan.