Perubahan Iklim Meningkat Lebih Cepat dari yang Diperkirakan

By , Kamis, 31 Maret 2016 | 11:00 WIB

Temuan terbaru oleh sekelompok ilmuwan terkemuka mengatakan, jika Bumi belum menunjukkan permukaannya yang memanas sepenuhnya, namun dalam waktu singkat, selama 66 juta tahun terakhir, dampaknya akan datang lebih cepat dengan konsekuensi jauh lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.

(Baca : Manusia Terbukti Memicu Pelepasan Karbon Terbesar Sepanjang Masa)

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2006 dalam jurnal Science online, karbon dioksida meningkat secara drastis di atmosfer bumi, terjadi sejak 55 juta tahun yang lalu dan berlangsung selama sekitar 170.000 tahun. Suhu global meningkat sekitar lima derajat Celsius, menyebabkan perubahan besar dalam ekologi planet, termasuk kepunahan massal.

Laporan yang dipaparkan 19 ilmuwan menjelaskan bahwa CO2 lepas ke atmosfer jauh lebih cepat dari 55 juta tahun yang lalu, dan bahkan kenaikan dua derajat Celcius dari suhu rata-rata akan memiliki bencana efek pada iklim planet. Penulis memperingatkan bencana seperti runtuhnya es, badai maha dahsyat dan gelombang raksasa kan terjadi.

Pemimpin penelitian yang juga mantan ilmuwan NASA, James Hansen, mengatakan bahwa manusia mungkin telah melewati suatu titik yang tidak akan pernah kembali, di mana generasi masa depan yang akan menanggung konsekuensi.

(Baca juga : Ekstrim El Nino, Celah Penyebaran Penyakit)

Ketika Hansen mengeluarkan peringatan pertama musim panas lalu, beberapa wartawan dan sesama ilmuwan mengkritiknya tidak memiliki cukup bukti. Namun, sejak penelitiannya telah digabungkan dalam peer review bersama banyak ilmuwan terkemuka, ia merevisi penelitiannya, sehingga sedikit lebih dramatis, tetapi tetap membutuhkan keprihatinan yang serius.

Menggabungkan bukti tentang perubahan iklim kuno, pengamatan modern dan hasil pemodelan komputer, penulis menyimpulkan bahwa pencairan Greenland dan es Antartika akan menyebabkan tidak hanya kenaikan permukaan air laut, tetapi juga banyak perubahan iklim lainnya.

Secara khusus, mereka menunjuk ke sebuah fenomena yang disebut 'stratifikasi,' yang berarti pembentukan kolam air dingin di permukaan laut, disebabkan oleh mencairnya lapisan es. Air hangat yang terperangkap di bawah ini, akan terus mencair ke bagian bawah lapisan es, berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut yang cepat. Bukti stratifikasi telah diamati di lepas pantai selatan Greenland.

Menurut penelitian, perubahan akan menyebabkan perbedaan suhu tumbuh antara wilayah utara dan khatulistiwa, yang pada gilirannya akan menyebabkan siklon intens dan badai dengan gelombang raksasa.

(Baca pula : Inggris Kurangi Emisi Karbon Hingga Nol Tahun 2050)

Beberapa pengulas telah memuji laporannya sebagai karya besar dari sintesis ilmiah, sementara yang lain mengatakan masih belum yakin bahwa itu akan terjadi di dunia nyata.