Not Face, Ekspresi Wajah Baru yang Universal

By , Rabu, 30 Maret 2016 | 12:00 WIB

Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menampilkan berbagai raut wajah yang mengekspresikan beragam emosi berbeda tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun. Di mana pun Anda berada, senyum adalah senyum, dan cemberut adalah cemberut. Ekspresi wajah membuat manusia terhubung sebagai spesies, tak peduli seberapa banyak batas-batas budaya yang kita hadapi.

Para peneliti dari Universitas Negeri Ohio mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi ekspresi wajah baru yang mereka sebut ‘Not Face’. Menurut tim, Not Face merupakan cara langsung untuk menyampaikan bahwa Anda tidak setuju dengan sebuah pernyataan. Raut wajah itu ditandai dengan  dahi yang mengernyit, bibir yang ditekan bersamaan dan dagu yang menjadi agak timbul, ketiganya merupakan kombinasi dari tiga ekspresi terkenal: marah, jijik, dan penghinaan. Sederhananya, terlihat seperti kerutan malas.

Not Face tidak dibatasi oleh negara atau budaya. Tim melaporkan bahwa Not Face bersifat universal. Penutur Bahasa Isyarat Amerika (ASL) terkadang menggunakan Not Face alih-alih bahasa isyarat resmi untuk kata ‘tidak’.

Meskipun mungkin tidak terlalu mencengangkan, sebenarnya ini adalah kali pertama para ilmuwan mengidentifikasi ekspresi wajah yang bisa menggantikan kata yang terdapat dalam ASL. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Not Face secara intrinsik terhubung pada komunikasi manusia.

Untuk mempelajari ekspresi, tim meminta 158 partisipan duduk di depan kamera dan berbincang dengan salah satu peneliti. Kelompok partisipan terdiri dari empat penutur bahasa yang berbeda: Inggris, Spanyol, Cina Mandarin dan ASL. Para penutur ini dipilih karena bahasa mereka berevolusi dari struktur gramatikal yang berbeda.

Kemudian tim meminta peserta membaca kalimat negatif atau menanyakan pada mereka pertanyaan yang tidak menyenangkan kemudian merekam respon-responnya. Ketika uji coba selesai, mereka semua menonton rekaman dan melihat bahwa wajah setiap orang berubah ketika tidak setuju. Berdasarkan analisis frame demi frame, tim menemukan bahwa semua partisipan menggunakan ‘Not Face’ dalam pernyataan mereka.

“Ekspresi ini tidak hanya ada, dalam beberapa kasus, itu adalah satu-satunya penanda negasi dalam kalimat isyarat,” ujar salah satu anggota tim, Aleix Martinez.

Untuk memplelajari Not Face lebih lanjut, tim berencana membuat sebuah algoritma yang dapat mendeteksi dan merekam ekpresi tanpa harus menonton semua video dalam tayangan lambat. Ketika algoritma berhasil diterapkan, para peneliti berharap untuk menganalisis ribuan jam video di YouTube untuk mengumpulkan lebih banyak data representatif.

Penemuan yang telah diterbitkan dalam jurnal Cognition ini diharapkan dapat membantu para peneliti mempelajari bagaimana bahasa pertama kali diciptakan, dan berevolusi dari waktu ke waktu.