Astronom Memetakan Eksoplanet Bermuka Dua

By , Minggu, 3 April 2016 | 16:00 WIB

Para astronom telah memetakan sebuah planet bermuka dua, di mana satu sisi tampak "benar-benar cair" dan yang lain "hampir sepenuhnya solid." (Baca : Ketahui Aktivitas di Planet Berlian)

55 Cancri e memiliki jarak 40 tahun cahaya dari Bumi. Ia dianggap sebagai planet Super Earth, yang berarti berbatu. Planet ini mengorbit bintangnya begitu erat, sehingga setahun dapat berlangsung hanya 18 jam.

Ia juga mengunci pasang surut, yang berarti bahwa seperti bulan kita, sisi yang sama selalu menghadap bintangnya. Itu berarti suhu di kedua sisi planet sangat bervariasi, dengan sisi panas mencapai 2.500 derajat Celcius, sementara sisi dingin adalah sekitar 1.100 derajat.

"Kami belum menemukan planet lain yang memiliki orbit kecil dan berada sangat dekat dengan bintang induknya, yang relatif dekat dengan kita, sehingga 55 Cancri e menawarkan banyak kemungkinan," kata Brice-Olivier Demory dari Laboratorium Cavendish Universitas Cambridge , penulis utama makalah.

(Baca juga : Misi ExoMars Diluncurkan untuk Cari Petunjuk Kehidupan di Mars)

"Kami masih belum tahu persis planet ini terbuat dari apa, itu masih teka-teki. Hasil ini seperti menambahkan batu bata ke dinding, tetapi sifat yang tepat dari planet ini masih belum sepenuhnya dipahami.." tambah Demory.

Pemetaan planet idilakukan dengan menggunakan data inframerah dari NASA Spitzer Space Telescope, yang mengungkapkan sebagian sisi planet setengah cair dan setengah padat. Para astronom juga mencatat bahwa, tidak seperti di Bumi, di mana panas beredar melalui atmosfer, pada 55 Cancri e ada sedikit pemindahan panas dari satu sisi ke sisi lain.

55 Cancri e ditemukan pada tahun 2011 dan telah dipelajari secara rinci. Pada satu titik ia seringkali dikira terbuat dari air, dan kemudian lainnya dianggap terbuat dari berlian.(Baca pula : Inilah Planet Paling Eksentrik yang Pernah Ada)

"Kita telah memasuki era baru penginderaan jauh atmosfer eksoplanet berbatu," kata rekan penulis studi, Nikku Madhusudhan dari Institut Astronomi di Cambridge. "Ini luar biasa, mengetahui kita sekarang dapat mengukur distribusi temperatur skala besar di permukaan planet berbatu."