Asia Berisiko Alami Kelangkaan Air yang Parah

By , Minggu, 3 April 2016 | 15:00 WIB

Menurut PBB, permintaan air global air diperkirakan akan meningkat sebesar 400 persen pada tahun 2050. Angka yang dikeluarkan oleh Water Centre Twente, Belanda pada awal tahun ini. Mereka menyimpulkan bahwa 4 miliar orang hidup dengan kondisi yang mereka sebut sebagai kelangkaan air yang parah, minimal 1 bulan dari setiap tahun.

Sebuah survei terbaru oleh para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengatakan bahwa kombinasi dari perubahan pertumbuhan iklim dan populasi akan menambah satu miliar orang yang kekurangan air, dan itu baru di Asia saja, selama 35 tahun ke depan.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal PLOS One. Penulis menekankan bahwa makalahnya ini bukan sekadar cerita menakutkan tentang dampak perubahan iklim. Ini tentang pertumbuhan, baik di dunia industri dan pada populasi umum.

"Ini bukan hanya masalah perubahan iklim," kata Adam Schlosser, penulis studi dan seorang ilmuwan riset senior di MIT. "Kita tidak bisa mengabaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan penduduk dalam masyarakat dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat pada permintaan sumber daya dan bagaimana kita mengelolanya."

Dia juga mengatakan bahwa efek ini dialami oleh seluruh dunia.

"Penelitian sebelumnya di Afrika. Penelitian itu menunjukkan bahwa terdapat banyak tren risiko yang sama, kami menggarisbawahi untuk Asia timur dan selatan," ungkap Schlosser. (Baca pula : Dunia Menghadapi Kelangkaan Air)

Para peneliti melakukan beberapa pemodelan sangat dingin untuk penelitian mereka, model yang mengambil perhitungan tidak hanya tentang pertumbuhan penduduk, tetapi juga pertumbuhan industri, dan perubahan iklim.

Apa yang mereka temukan adalah bahwa di Cina, pertumbuhan industri menempatkan penyebab terbesar kelangkaan pasokan air. Di India, pertumbuhan penduduk yang cepat lah, yang akan menyebabkan kekurangan air lagi.

Apa yang harus dilakukan?

Kelangkaan air di seluruh dunia adalah masalah bagi pemerintahan suatu negara dan perusahaan serta lembaga terkai, yang sudah seharusnya mempersiapkan pencegahannya. (Baca juga : Tingkat Permukaan Air Meningkat Lebih Banyak dari Perkiraan)

Survei terbaru dari perusahaan manajemen investasi menunjukkan bahwa 90 persen dari mereka menggabungkan strategi sumber daya air menjadi model bisnis. Lebih dari 80 persen bekerja untuk mengurangi penggunaan air sendiri.

Para peneliti MIT sedang mempelajari cara-cara untuk membantu mengurangi dampak dari kekurangan air. Sedangkan penelitian sedang berlangsung, Schlosser mengatakan jika model komputer mereka menunjukkan perubahan kecil dapat memiliki dampak besar. Sesuatu yang sederhana seperti meningkatkan efisiensi teknik irigasi dalam skala besar, dapat membuat perbedaan. Upaya mitigasi iklim global bisa mengakibatkan penurunan yang dapat diukur dari risiko stres air.