Benarkah Trypophobia Disebabkan Matematika yang Menyakiti Otak Kita ?

By , Selasa, 5 April 2016 | 20:00 WIB

Sejak kemunculannya di internet, orang-orang mendiskusikan gejala ketakutan ini secara global. Kadang-kadang, orang dengan gejala yang sangat tidak biasa ini menemukan orang lain dengan pengalaman yang sama, kemudian mereka akan berdiskusi tanpa harus takut ditertawakan. Forum diskusi dan kelompok-kelompok pendukung pun dibentuk, dan akhirnya suatu kondisi medis baru dapat diakui. Ada yang menyebutnya sebagai gejala Visual Snow, dimana individu mengalami titik terang terus menerus mengambang seperti salju di pengelihatan mereka. Adapula yang menyebutnya sebagai Trypophobia .

Trypophobia adalah ketakutan terhadap lubang, suatu kondisi yang memicu individu untuk menderita reaksi emosional saat melihat gambar yang tampaknya tidak berbahaya dari sekumpulan objek, biasanya lubang atau sesuatu yang berbolong. Kondisi ini pertama kali dijelaskan di internet pada tahun 2005, meskipun belum diakui oleh diagnosis medis.

Gambar penuh lubang bertanggung jawab terhadap emosi penderita Trypophobia , termasuk benda-benda alam seperti sarang lebah atau kepala biji teratai, dan benda-benda buatan manusia seperti cokelat diangin-anginkan atau setumpuk pipa industri. Meskipun tampaknya tidak berbahaya, gambar-gambar tersebut dapat menyebabkan berbagai gejala termasuk perubahan kognitif yang mencerminkan kecemasan, gejala tubuh di kulit (seperti gatal-gatal dan merinding), dan perubahan fisiologis (seperti mual, detak jantung meningkat, atau kesulitan bernafas).

Gambar yang menyebabkan reaksi emosional biasanya tidak dipahami sebagai ancaman, dalam hal ini, tyrophobia berbeda dari banyak fobia lainnya.

Matematika yang Menyakiti Otak

Fobia adalah gangguan kecemasan yang biasanya diperkirakan muncul karena belajar dari pengalaman atau trauma dari kejadian masa lalu, semisal gigitan anjing yang dapat menyebabkan rasa takut terhadap anjing atau karena mekanisme evolusi bawaan seperti yang mendasari rasa takut terhadap laba-laba dan ular. Biasanya terjadi karena memang ada ancaman khusus atau umum, dan nyata atau dibayangkan.

Pada kasus Trypophobia , tidak ada ancaman yang jelas, dan berbagai gambar yang menyebabkan fobia memiliki sedikit kesamaan dengan satu sama lain, selain konfigurasi mereka.

Tampaknya bahwa konfigurasi ini yang memegang kunci bahwa gambar dapat menyebabkan emosi tertentu. Ada beberapa individu yang tidak mengakui mengalami Trypophobia , namun masih menganggap gambar sekumpulan lubang sebagai musuh, meskipun mereka tidak mengalami emosi tertentu. Mereka melakukannya karena konfigurasi memberikan gambaran sifat matematika yang menyebabkan ketidaknyamanan visual, kelelahan mata atau sakit kepala.

Gambar dengan sifat-sifat matematika tidak dapat diproses secara efisien oleh otak, karena  memerlukan lebih banyak oksigenasi otak. Paul Hibbard mengusulkan dalam sebuah makalah, bahwa ketidaknyamanan terjadi justru karena orang menghindari melihat gambar tersebut, sehingga mereka membutuhkan oksigenasi otak yang berlebihan. Otak menggunakan sekitar 20% dari energi tubuh, dan penggunaan energi perlu dijaga agar tetap minimum.

Gambar Trypophobia secara intrinsik tidak nyaman untuk dilihat, dan saat ini para ilmuwan sedang menyelidiki alasan mengapa hanya beberapa orang yang mengalami respon emosional.

Gambar kontaminan seperti jamur dan penyakit kulit dapat memprovokasi rasa jijik pada kebanyakan orang, bukan hanya orang-orang dengan Trypophobia. Rasa jijik mungkin berasal dari mekanisme evolusioner yang mempromosikan penghindaran dan memiliki nilai kelangsungan hidup.

Gambar cetakan dan lesi kulit memiliki sifat matematika yang mirip dengan gambar Trypophobia. Para ilmuwan sedang mengeksplorasi, apakah mereka juga yang menyebabkan oksigenasi besar otak menjadi tidak nyaman. Mungkin ketidaknyamanan adalah mekanisme yang berguna tidak hanya untuk menghindari oksigenasi berlebihan, tetapi juga untuk menghindari secara cepat benda-benda yang memberikan ancaman dalam hal kontaminasi.